Kehidupan Alfred Adler (1870-1937)
Anak kedua dari enam bersaudara, Alfred Adler lahir
pada 7 February 1870 dan tumbuh di pinggiran kota Vienna. Adler hanya mengenal
beberapa anak Yahudi dan lebih dipengaruhi oleh kultur Vienna daripada kultur
Yahudi.
Pada awal masa kanak-kanak Adler tidak bahagia. Hal
itu ditandai dengan sakit, dan kesadaran terhadap kematian, ketidakbahagiaan,
dan kecemburuan dari kakak tertuanya. Dia menderita rakhitis, yang
membuatnya tidak dapat berlari dan bermain dengan anak lain. Pada umur 3 tahun,
dia menyaksikan kematian adik bungsunya, pada umur 4 tahun, Adler sendiri sudah
sangat dekat dengan kematian karena pneumonia.
Adler pada awalnya dimanjakan oleh ibunya, hal itu hanya
agar ia dapat menerima kehadiran adik laki-lakinya. Hubungan masa
kanak-kanaknya dengan orang tuanya menjadi sangat berbeda dengan Freud. Adler
lebih dekat dengan ayahnya daripada ibunya. Dan dapat dimengerti jika kemudian
ia menolak kompleks Oedipus milik Freud karena hal itu sangat asing bagi
pengalaman masa kecilnya.
Seiring pertumbuhannya dan meningkatnya kesehatannya,
dia mulai menghabiskan banyak waktu di luar ruangan, terutama karena dia tidak
bahagia di rumah. Meskipun kekakuan dan ketidakatraktifannya, dia bekerja keras
untuk menjadi disukai oleh teman bermainnya dan menemukan perasaan penerimaan
dan harga diri yang tidak dia temukan di rumah. Hasilnya, dia membangun kasih
sayang yang besar bagi persahabatan dengan orang lain, sebuah karakteristik
yang dia pegang seumur hidupnya. Dalam teori kepribadiannya, dia menekankan
pada pentingnya hubungan anak dengan kelompok teman sebaya. Dia melihat peran
anak lain, baik saudara maupun orang lain, adalah lebih penting bagi
perkembangan kepribadian.
Di sekolah dia tidak bahagia dan merupakan murid yang
biasa-biasa saja. Adler khususnya tidak pandai dalam matematika, tapi lewat
ketekunan dan kerja keras dia bangkit dari murid yang gagal, menjadi yang
terbaik di kelasnya.
Dalam banyak hal, masa kecilnya seperti sebuah
tragedi. Juga terlihat sebagai contoh dari teori Adler mengenai mengatasi
kelamahan masa kecil dan inferioritas dan membentuk tujuan seseorang sebagai
ganti terbentuk oleh hal itu. Seseorang yang dapat memberikan dunia anggapan
tentang perasaan inferioritas tentu saja berbicara dari kedalaman pengalaman
masa kecilnya sendiri.
Memenuhi ambisi masa kecilnya, dia belajar ilmu
kedokteran di Universitas di Vienna. Dia secara khusus tertarik pada penyakit
yang tidak dapat disembuhkan tapi juga tertekan pada ketidakmampuannya menolong
untuk mencegah kematian, khususnya pada pasien yang lebih muda, kemudian ia
meninggalkan pengobatan umum dan berpindah ke neurologi dan psikiatri.
Kebersamaan selama 9 tahun Adler dengan Freud dimulai
pada tahun 1902, saat Freud mengundangnya (dan tiga orang lainnya) untuk
bertemu seminggu sekali di kediaman Freud untuk mendiskusikan perkembangan
terbaru psikoanalisisnya.
Salah seorang mitra kerja Freud berkomentar bahwa
Adler tidak mungkin menjadi orang psikoanalisa, karena ia kesulitan melakukan
penyelidikan terhadap ketidaksadaran.
Inferiority feelings
Inferiority feelings adalah kata lain dari banyak
istilah dalam psikologi yang kemudian masuk menjadi kata sehari-hari pada
bahasa Inggris. Kata tersebut diperoleh dari pendekatan Adler mengenai
kepribadian. Memang, hal itu adalah inti dari pendekatannya. Perasaan umum
menyangkut inferioritas, yang Adler percaya, adalah selalu ada dan vital
sebagai kekuatan penentu dalam tingkah laku. “untuk menjadi manusia,” tulisnya,
“berarti merasakan dirinya inferior.” Jadi, inferior adalah kondisi yang umum
bagi semua orang, dan seperti yang telah diketahui, bukanlah merupakan satu
tanda kelemahan atau abnormalitas.
Semua kemajuan manusia, pertumbuhan, dan perkembangan
dihasilkan dari usaha untuk mengkompensasi inferioritas seseorang, apakah
inferioritas tersebut adalah nyata atau hanya imajinasi. Sepenjang kehidupan
individu, seseorang dimotivasi oleh kebutuhan untuk mengatasi perasaan
inferioritas ini dan untuk berusaha untuk ketingkat perkembangan yang lebih
tinggi. Menurut Adler proses tersebut dimulai pada masa bayi. Bayi kecil dan
tidak berdaya, sepenuhnya bergantung pada orang dewasa. Adler merasa bahwa bayi
menyadari dari ketergantungannya terhadap tenaga dan kekuatan yang lebih besar
dari orang tuanya; bayi menyadari ketidakmungkinannya untuk menahan dan
menantang kekuatan tersebut. hasilnya, bayi membangun perasaan inferior
letergantungan pada orang yang lebih besar, lebih kuat di lingkungannya. ,
dimana, bagi bayi, dimanapun sama saja: lemah dan tergantung pada orang dewasa.
Penting untuk dipahami bahwa perasaan inferior itu
tidak dapat dihindari. Inferioritas memberikan motivasi terbesar untuk
berusaha, untuk tumbuh, agar lebih maju dan sukses. Semua kemajuan dan
peningkatan dihasilkan dari usaha mengkompensasi perasaan inferior ini. Hal itu
sangat berharga dan berguna.
Apa yang terjadi bila anak tidak mampu untuk
mengkompensasi perasaan inferioritasnya? Ketidakmampuan mengatasi perasaan
inferior akan menguat dan sering terjadi dan perasaan ini membawa pada kompleks
inferioritas. Adler menjelaskan kondisi ini sebagai “ketidakmampuan untuk
mengatasi masalah-masalah hidup,” dan dia menemukan kompleks semacam itu pada
masa kanak-kanak dari banyak orang dewasa yang datang padanya untuk pengobatan.
Kompleks inferioritas dapat bersumber dari tiga hal: melalui inferioritas
organis, melalui memanjakan, dan melalui pengabaian.
Investigasi mengenai inferioritas organis merupakan
usaha pertama Adler yang dilakukan saat ia masih bersama Freud. Adler
mengatakan bahwa cacat organ atau bagian tubuh mempengaruhi perkembangan
personal melalui usaha seseorang untuk ,mengkompensasi cacat atau kelemahan,
seperti yang Adler lakukan untuk mengkompensasi penyakit rakhitisnya yang
merupakan inferioritas organis pada masa kecilnya.
Memanjakan anak juga dapat membawa pada kompleks
inferioritas. Anak yang dimanjakan tentu daja merupakan pusat perhatian di
rumah, dimana setiap keinginannya dipenuhi dan sedikit yang diabaikan. Dibalik
persoalan anak yang secara alami membangun pemikiran bahwa dia adalah orang
yang paling penting dalam setiap situasi dan orang lain harus menurut padanya.
Anak manja memiliki sedikit, jika ada, perasaan sosial
dan sangat tidak sabaran dengan orang lain. Anak manja juga tidak dapat mengatasi
kesulitan atau menyesuaikan diri dengan orang lain. Bila berhadapan dengan
rintangan untuk mendapatkan kesenangan, mereka percaya bahwa ketidakmampuan
mereka yang menghalangi mereka. Oleh karena itulah kompleks inferioritas
berkembang.
Adalah mudah untuk dipahami bagaimana anak yang
diabaikan –seseorang yang tidak diinginkan atau ditolak- dapat mengembangkan
kompleks inferioritas. Masa bayi dan masa kanak-kanak mereka ditandai dengan
kurangnya cinta dan rasa aman, dikarenakan orang tua yang acuh tak acuh atau
bahkan orang tua yang memiliki rasa permusuhan. Hasilnya, anak dapat
mengembangkan persaan tidak berharga –bahkan kemarahan- dan melihat semua orang
dengan ketidakpercayaan.
Sumber apapun dari perasaan inferioritas, seseorang
dapat berkencenderungan untuk mengkomponsasi, dan juga mengembangkan apa yang
disebut kompleks superioritas.
Berjuang untuk Superioritas
Melalui istilah “Berjuang untuk Superioritas” Adler
tidak mengartikan bahwa setiap orang dari kita berjuang untuk berada diatas
posisi atau wibawa orang lain. Adler sering menggunakan kata perfeksion
sebagai sinonim dari superioritas. Orang-orang berjuang untuk perfeksion
(kesempurnaan) yang mana Adler juga menjelaskannya lebih lanjut seperti
penguasaan, berjuang untuk naik, peningkatan, sebuah usaha bergerak dari bawah
keatas, atau pendorong dari minus ke plus.
Peningkatan besar ini setara dengan pertumbuhan fisik
dan merupakan bagian dari hidup. Setiap hal yang kita lakukan mengikuti
dorongan dan tujuan dari perjuangan yang terjadi secara konstan ini. Kita tak
pernah lepas darinya karena perjuangan adalah hidup itu sendiri. Setiap hal
diperjuangkan untuk memperoleh Superioritas ini, untuk perfeksion. Menggunakan
teori evolusi Darwin, Adler mengatakan bahwa semua hidup mengekspresikan drinya
sebagai pergerakan konstan menuju tujuan pemeliharaan dan peningkatan individu
dan spesies. Dan tujuan ini dicapai dengan beradaptasi dan penguasaan terhadap
lingkungan.
Dibandingkan Freud yang melihat tingkah laku manusia
secara kaku ditentukan oleh dorongan fisiologis dan pengalaman masa anak-anak,
Adler melihat bahwa motivasi adalah istilah dari harapan untuk masa depan.
Kemudian, semua proses psikologis dan fenomena dapat
dijelaskan dengan konsep finalism oleh Adler –pikiran bahwa kita punya
tujuan utama, keadaan akhir dari suatu keberadaan, dan kecenderungan
sekarang-selamanya ataukebutuhan untuk bergerak dalam tujuan itu. Ada aspek
penting dalam pernyataan tentang finalism; tujuan yang kita capai sebagai
individual bukanlah merupakan aktualita tapi lebih pada potinsialitas. Ita
berjuang untuk cita-cita yang ada dalamdiri kita secara subyektif.
Adler berpendapat bahwa tujuan keseluruhan kita adalah
sebuah keinginan fiktif yang tak dapat diuji dengan realita. Dia juga
menambahkan kita hidup dikelilingi oleh khayalan tersebut. Kita boleh saja
percaya bahwa semua manusia diciptakan sama atau bahwa semua manusia pada
dasarnya baik, dan cita-cita mempengaruhi cara kita merasa dan berinteraksi
dengannya disekeliling kita.
Kemudian kita punya konsep Adler mengenai Fictional
Finalism –tentang pemikiran fiktif (tidak nyata) mengarahkan tingkah laku
kita-. Ada banyak pemikiran fiktif yang dengannya kita menuju jalan hidup kita,
tetapi yang paling umum adalah keinginan tentang perfeksionisme. Gambaran
terbaik mengenai keinginan ini yang dikembangkan dari keberadaan manusia adalah
konsep tentang Tuhan.
Ada dua poin tambahan mengenai berjuang untuk
superioritas. Pertama hal itu berfungsi untuk meningkatkan tegangan. Berlawanan
dengan Freud, Adler tidak melihat motivasi tunggal kita sebagai pereduksi
tegangan dan pemeliharaan agar tetep netral. Berjuang untuk superioritas (yang
berkorelasi dengan kata meningkat, lebih, maju) membutuhkan pengeluaran energi
dan usaha yang besar. Adler merasa bahwa manusia ingin melawan stabilitas dan
keadaan yang tenang.
Kedua, berjuang untuk superioritas dimiliki oleh
individu dan masyarakat. Adler menganggap bahwa manusia sangat sosial. Kita
berjuang untuk superioritas tidak hanya sebagai diri sendiri tapi juga sebagai
bagian masyarakat. Adler melihat antara individu dan masyarakat tergantung dan
berhubungan dekat, jadi manusia harus berfungsi secara konstruktif dengan orang
lain demu kebaikan bersama.
Gaya Hidup
Manusia hanya punya satu tujuan utama –superioritas
atau perfeksion- tapi ada banyak tingkah laku spesifik yang digunakan individu
untuk mengusahakan tujuan itu. Kita menunjukkan usaha kita dengan cra yang
berbeda-beda. Setiap dari kita mengembangkan pola tingkah laku, karakteristik,
dan kebiasaan yang unik untuk mencapainya. Dengan kata lain setiap orang
mengembangkan gaya hidup yang berbeda. Untuk memahami bagaimana gaya hidup
berkembang, kita harus kembali pada konsep perasaan inferior dan kompensasi.
Setiap hal yang kita lakukan dibentuk dan dijelaskan
oleh gaya hidup kita yang unik; itu akan menentukan aspek apa yang akan kita
pegang dalam lingkungan. Gaya hidup dipelajari dari interaksi sosial pada masa
awal kehidupan. Menurut Adler, gaya hidup dibentuk pada umur 4-5 tahun yang
kemudian akan sulit diubah.
Gaya hidup juga dibentuk menjadi kerangka yang
mengarahkan perilaku berikutnya. Sifat dasar gaya hidup akan bergantung pada
urutan kelahiran dan pada sifat relasi orang tua-anak.
Dalam berbagai tulisannya, Adler menggunakan istilah
yang sama artinya dengan gaya hidup; kepribadian, individualitas, dan the self.
Tapi apapun istilah yang digunakan, dalam tulisannya selanjutnya terdapat
kepercayaan bahwa gaya hidup (the self) diciptakan oleh individu. Orang-orang
menciptakan self mereka ketimbang dibentuk secara pasif oleh pengalaman masa
anak-anak. Pengalaman itu sendiri tidak begitu penting seperti sikap seseorang
terhadapnya. Adler menuliskan bahwa orang “tidak menghubungkan dirinya dengan
dunia luar dalam kelakuan yang ditetapkan sebelumnya… Dia menghubungkan dirinya
selalu berdasarkan interpretasi terhadap dirinya sendiri.” Adler berpendapat
bukan hereditas atau lingkungan yang menentukan kepribadian. Tetapi, cara kita
mengalami pengaruh-pengaruh ini (“interpretasi yang dibuat terhadap pengalaman
tersebut”) menyediakan dasar konstruksi kreatif bagisikap kita terhadap
kehidupan.
Dengankata lain, Adler berpendapat eksistensi
kebebasan individu akan mengijinkan tiap orang membuat sendiri gaya hidup yang
paling cocok diluar kemampuan dan pengalaman yang didapat dari lingkungan dan
hereditas. Walaupun belum jelas bagaiamana self kreatif ini bekerja, Adler
bersikeras gaya hidup kita tidak ditentukan untuk kita; kita bebas memilih dan
menciptakan self-self kita sendiri. Pertama diciptakan, gaya hidup menyisakan
nilai yang konstan sepanjang hidup dan merupakan karakter dasar kita yang
menjelaskan sikap dan perilaku kita terhadapmasalah diluar.
Adler menkankan pentingnya masalah hidup yang harus
diatasi tiap individu, dan dia mengelompokkannya kedalam tiga kategori: problem
yang melibatkan tingkah laku terhadap orang lain, problem pekerjaan, dan
problem cinta. Adler menyatakan bahwa eksistensi empat gaya hidup dasar diambil
oleh orang-orang untuk dapat bekerja sama dengan masalah-masalah tersebut.
Jenis pertama menunjukkan dominant or ruling
attitude (sikap memerintah); dengan sedikit atau tanpa sama sekali
kesadaran dan minat sosial. Orang-orang tersebut senang berperilaku tanpa
menghormati orang lain. yang lebih berbahaya dari jenis ini akan menyerang
orang lain secara langsung dan menjadi sadis, delikuen, dan ganas. Yang kurang
berbahaya akan menjadi alkoholik, kecanduan obat, dan bunuh diri. Adler
berpendapat bahwa melalui perilaku tersebut secara tidak langsung mereka
menyerang orang lain. Dengan kata lain, mereka menyakiti orang lain dengan
menyakiti dirinya sendiri.
Jenis gaya hidup kedua, -jenis Getting (mendapat)-
yang menurut Adler yang terjadi paling umum, mengharapkan mendapat apa saja
dari orang lain dan menjadi sangat tergantung pada orang lain.
Jenis ketiga, jenis Avoiding (menghindar); tanpa usaha
untuk menghadapi masalah hidup. Dengan menghindari masalah, orang-orang
tersebut menghindari kemungkinan kekalahan.
Seperti yang anda lihat ketiga jenis gaya hidup diatas
tidak dipersiapkan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan masalah.
Mereka tak mampu bekerja sama dengan orang lain.
Jenis gaya hidup keempat -jenis Socially Useful
(bermanfaat sosial)- merupakan yang dapat bekerja sama dengan orang lain dan
bertindak dalam kesesuaian dengan kebutuhan mereka. Orang-orang tersebut
menyesuaikan permasalahan hidup dengan kerangka sosial interes yang
dikembangkan dnegan baik.
Sosial interes digunakan untuk membentuk bagian utama
dalam sistem Adler. Ia percaya bahwa bersama dengan orang lain adalah tugas
pertama kita bertemu dalam hidup dan bahwa penyesuaian sosial kita berikutnya
mempengaruhi pendekatan kita terhadap semua masalah hidup kemudian.
Minat Sosial
Adler memandang manusia lebih dipengaruhi oleh
dorongan sosial daripada dorongan biologis. Ia menganggap bahwa potensi untuk
minat sosial telah dibawa sejak lahir. Namun tingkat potensi bawaan lahir bagi
perasaan sosial dicapai tergantung pada sifat dasar pengalaman sosial anak
sejak dini. Tidak ada manusia yang bisa melepaskan diri sama sekali dari orang
lain, menurut Adler atau kewajiban terhadap mereka. Sejak awal hidupnya,
manusia telah berhubungan dengan manusia lain dalam keluarga, suku dan bangsa.
Sebuah komunitas sangat diperlukan manusia untuk perlindungan dan untuk
mencapai tujuan pertahanan. Jadi, hal itu selalu dibutuhkan oleh manusia untuk
bekerjasama, dan kerjasama ini adalah apa yang Adler maksud sebagai minat
sosial.
Di awal kelahiran, bayi menemukan dirinya di dalam
situasi yang membutuhkan orang lain. Awalnya ibu, lalu anggota keluarga lain,
dan terakhir rumahnya. Dalam masa pertumbuhan, kita tidak dapat berfungsi
dengan baik dalam pengasingan dan harus mengembangkan minat sosial. Segalanya
kita lakukan untuk ketenangan hidup kita yang terletak di dalam kerangka orang
lain. Semua aspek-aspek dari karakter kita atau gaya hidup menampakkan tingkat
dari perkembangan perasaan sosial kita.
Adler mencatat pengaruh penting dari ibu sebagai orang
pertama yang dengan siapa bayi mengadakan kontak. Ibu bisa, lewat tindak
tanduknya terhadap bayi, membantu dan mengembangkan minat sosial, atau dia
dapat mengubah atau menghalangi perkembangannya. (Tentu saja, pengaruh ini
tergantung, Adler telah mencatat, pada bagaimana anak menginterpretasikan
kelakuan ibunya. Diri kreatif membentuk karakter bayi berdasarkan interpretasi
ini.)
Ibu harus mengajari anak kerjasama, hubungan
persahabatan, dan keberanian, konsep Adler dipertimbangkan untuk menjadi
hubungan yang sangat erat. Anak (dan nanti saat dewasa) yang menganggap hal
lain dengan permusuhan dan kecurigaan akan menemui masalah kehidupan dengan
tingkah laku yang sama.. Anak dengan tanpa perasaan dari minat sosial akan
menjadi orang dari masyarakat yang tidak menyenangkan seperti neurotic,
criminal, orang jahat, dan sebagainya.
Kita melihat, dalam uraian singkat biografi di awal
bab ini, bahwa adler adalah anak laki-laki yang enjoy dalam berhubungan dengan
anak lain; dia membangun derajat yang tinggi dari minat sosial, dimana itu
merupakan sifatnya selama hidupnya. Hal ini menarik bahwa di awal karirnya,
adler memandang manusia didorong oleh gila kekuasaan dan kebutuhan untuk
mendominasi. Hal itu terjadi selama Adler sendirian berjuang menentukan sudut
pandangnya dalam Lingkungan Freudian.
Penulis biografi Freud, Ernest Jones, berkomentar
bahwa, saat Adler menjadi bagian dari golongan Freud, dia suka membantah dan
suka berdebat dan terlihat sangat ambisius seperti saat dia berselisih untuk
mengutamakan beberapa pendapatnya. Beberapa tahun kemudian, Jones mengamati,
kesuksesan Adler telah membawanya lebih ramah. Bagaimanapun juga, system Adler
telah berubah sesuai harapannya, dari kekuatan untuk menekan dan mendominasi
menjadi dorongan motivasi yang dititikberatkan pada dorongan yang lebih ramah
dari minat sosial.
Urutan Kelahiran
Adler menempatkan urutan kelahiran sebagai salah satu
pengaruh sosial mayor dalam masa kanak-kanak dimana individu membentuk gaya
hidup. Sekalipun saudara sekandung memiliki orang tua dan rumah yang sama,
mereka tidak memiliki lingkungan sosial yang sama. Fakta-fakta dari yang lebih
tua atau yang lebih muda pada saudara sekandung dan dari terbukanya sikap orang
tua yang telah berubah sebagai hasil dari adanya banyak anak menciptakan
kondisi yang berbeda pada masa kanak-kanak yang sangat berpengaruh terhadap
kepribadian seseorang, sebagaimana Adler telah mengetahui dari masa kecilnya
sendiri. Adler focus pada tiga posisi ; anak pertama, anak kedua, dan yang
paling muda.
Anak pertama menemukan dirinya dalam keunikan dan
dalam banyak situasi yang patut ditiru. Biasanya, para orang tua sangat bahagia
pada kelahiran anak pertama mereka dan mencurahkan seluruh waktu dan perhatian
pada bayi yang baru lahir. Kelahiran anak pertama menerima perhatian yang
sepenuhnya dari orangtua.
Sebagai hasilnya, anak pertama sering merasa senang,
terjamin keberadaannya hingga hadirnya anak kedua. Hal itu pasti membuat shock.
Tidak ada focus perhatian yang instan dan konstan, tidak ada penerimaan cinta
dan kasih sayang yang penuh dari orangtuanya terhadap anak ini, dalam bahasa
Adler “dethroned”. Cinta yang tetap yang diterima anak pertama pada periode ini
sekarang harus dibagi. Anak harus sering menyerah pada kemarahan untuk menunggu
hingga bayi yang baru lahir telah selesai diurus dan harus diam pada suatu
waktu agar tidak membangunkan bayi yang baru lahir.
Semua anak pertama merasa shock terhadap perubahan
posisi mereka dalam keluarga, tapi hal itu juga menjadikan dia lebih manja,
tentu saja, merasa sangat kehilangan juga, tingkat kehilangan tergantung pada
umur anak pertama saat lawannya hadir.
Pertarungan untuk tetap memakai kekuasaannya yang
hilang dari awal; sesuatu tidak akan pernah menjadi seperti pertama mereka ada,
tidak menjadi masalah bagaimana kerasnya anak pertama mencoba. Tapi anak yang
mencoba kapanpun dan menjadi, pada satu waktu, masalah tingkah laku, melanggar
objek dan peraturan, menjadi keras kepala, atau menolak makan dan tidur. Dia
menjadi pemarah. Saat anak pertama dihukum pada awalnya, karena tingkah laku
yang menyusahkan atau suka mengganggu, dia menginterpretasi hukumannya sebagai
bukti dari perubahan posisi yang mungkin lebih mudah untuk tumbuh kebencian
terhadap anak yang baru lahir. Bayi yang baru lahir, merupakan penyebab
masalah.
Dia menemukan bahwa anak yang lebih tua sering
berorientasi pada masa lampau, terkunci dalam nostalgia dan pesimis terhadap
masa depan tetapi pada waktu yang sama, mereka biasanya lebih tunduk pada
kekuasaan.
Sebagai hasil dari keseluruhan hal ini, anak pertama
memiliki ketertarikan pada pemeliharaan urutan dan kekuasaan. Adler menemukan
bahwa mereka menjadi organisator yang sangat bagus, teliti dan cermat terhadap
detail dan penguasa serta bersikap konservatif. Secara tak sengaja—Freud adalah
anak pertama. Kenyataannya, Adler menunjuk Freud sebagai “tipikal anak sulung”.
Anak pertama dapat tumbuh dengan perasaan tidak aman dan bermusuhan terhadap
yang lain. Adler menemukan bahwa penjahat, criminal dan neurotic lebih sering
adalah anak pertama.
Bagaimana keberadaan anak kedua, seseorang yang
menyebabkan keributan?. Anak ini juga memiliki situasi yang unik. Untuk satu
hal, dia tidak pernah mengalami kekuasaan penuh dan posisi vocal seperti yang
dialami anak pertama. Meski hadir lebih muda dalam saudara sekandung, anak
kedua tidak mengalami perasaan yang tajam dari penggulingan kekuasaan seperti
yang dialami anak pertama. Lagipula, orang tua mungkin telah berubah seiring
dengan waktu kelahiran anak kedua. Bayi kedua tidak membawa sesuatu yang baru
seperti anak pertama dan orang tua mungkin berkurang kekhawatiran dan kecemasan
tentang perilaku mereka dalam membesarkan yang kedua;mereka mungkin lebih
relaks dalam menghadapi anak kedua.
Anak kedua, pada awalnya, menentukan model pada
saudara kandung yang tertua. Anak kedua tidak sebagai anak yang kesepian tapi
selalu memiliki contoh dari perilaku saudara kandung yang tertua sebagai model
atau ancaman untuk bersaing dengannya. Adler merupakan anak kedua yang memiliki
hubungan kompetitif dengan saudara laki-laki yang lebih tua dalam seluruh
hidupnya. Sebagai seorang analis yang sukses dan terkenal, dia tetap merasa
dikalahkan oleh saudara laki-lakinya, yang menjadi pembisnis yang kaya. Secara
nyata, Konsep urutan kelahiran telah berkembang, pada awalnya merupakan dasar
dari pengetahuan personal.
Kompetisi dengan anak pertama dipacu oleh anak kedua,
stimulasi sering lebih cepat berkembang daripada yang ditunjukkan anak pertama.
Anak kedua didorong untuk mengejar dan mengungguli saudara yang lebih tua,
tujuannya biasanya kecepatan bahasa dan perkembangan motor. Sebagai contoh anak
kedua biasanya mulai berbicara pada usia yang lebih muda daripada anak pertama.
Tanpa memiliki pengalaman kekuatan, anak kedua tidak memiliki kekhawatiran
sebagaimana anak pertam dan lebih optimis dalam memandang masa depan. Anak
kedua kemungkinan menjadi sangat kompetitif dan ambisius.
Anak yang paling muda atau yang paling akhir lahir
tidak pernah merasa shock dengan pelengseran kedudukan oleh anak yang lain dan
sering menjadi kesayangan atau bayi dalam keluarga, khususnya jika saudara
kandung lebih tua beberapa tahun. Didorong oleh kebutuhan untuk mengungguli saudara
yang lebih tua, anak yang lebih muda sering berkembang pada tingkat
kesungguhan. Sebagai hasilnya, anak terakhir sering berprestasi tinggi dalam
pekerjaan apapun yang mereka kerjakan seperti orang dewasa.
Tapi lawan yang sesungguhnya ada jika anak yang
termuda manja dan dimanjakan oleh anggota keluarga secara langsung dimana dia
tidak perlu belajar untuk melakukan apapun untuk dirinya. Sebagaimana individu
tumbuh dewasa, dia mungkin memelihara ketidakberdayaan dan ketergantungan yang
merupakan cirri dari masa kanak-kanaknya. Tidak terbiasa untuk berusaha dan
berjuang, digunakan untuk tetap dipedulikan oleh orang lain, seseorang akan
menemukan kesulitan untuk mengatasi masalah dan penyesuaian diri pada masa dewasa.
Bagaimana dengan anak tunggal?. Pada hakekatnya, dia
adalah anak pertama yang tidak pernah kehilangan posisi unggul dan kuat—paling
tidak dalam masa kanak-kanak. Anak tetap menjadi focus dan pusat perhatian
keluarga. Menghabiskan banyak waktu bersama orang dewasa daripada anak yang
memiliki saudara kandung. Anak tunggal sering tumbuh dewasa dengan cepat dan
meraih kedewasaan perilaku dan sikap lebih cepat.
Anak tunggal mungkin mengalami kekagetan yang luar
biasa sebagaiman dia tumbuh dewasa dan menemukan bahwa di dalam wilayah hidup
di luar rumah (seperti sekolah) dia bukan pusat perhatian. Anak tunggal telah
belajar, baik berbagi maupun bersaing untuk menjadi yang pertama. Jika
kemampuan anak tidak membawa cukup pengakuan dan perhatian, dia mungkin merasa
sangat kecewa.
Adler tidak menaruh aturan tetap untuk perkembangan.
Sebagaimana telah tercatat, anak tidak akan secara otomatis memperoleh satu dan
hanya satu macam sifat sebagai hasil dari urutan kelahiran. Apa yang dia
sarankan adalah kemungkinan dari perkembangan gaya hidup yang pasti sebagai
fungsi dari salah satu posisi di dalam keluarga. Individu harus selalu belajar
di dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan social secara dini
digunakan oleh diri yang kreatif dalam menata gaya hidup.
Metode Penelitian
Seperti Freud, Adler mengembangkan teorinya melalui
pengamatan terhadap pasienya dimana para pasien bercerita kepadanya dan
bagaimana mereka berperilaku selama sesi treatment. Pendekatan Adler terhadap
pasienya lebih santai dan tidak formal dibandingkan Freud. Sebaliknya pasienya
Freud berada diatas dipan dan Freud duduk di belakang mereka, Adler dan
pasienya berhadapan satu sama lain, duduk di kursi yang nyaman. Sesi itu lebih
seperti obrolan antara dua teman daripada hubungan yang formal seperti yang
dilakukan Freud.
Adler mendapatkan informasi tentang pasienya melalui
pengamatan mengenai segala sesuatu tentang mereka seperti cara mereka berjalan
dan duduk, berjabat tangan bahkan pemilihan tempat duduk. Dia percaya bahwa
cara-cara dimana kita menggunakan tubuh kita menunjukkan adanya suatu gaya
hidup kita.
Ada tiga sumber informasi utama “ tiga gerbang masuk
menuju kehidupan mental” yakni urutan kelahiran, ingatan awal dan mimpi. Ini
semua merupakan perangkat utamanya.
Kita telah membicarakan bagaimana posisi seseorang
dalam keluarga mempengaruhi kepribadian dalam pandangan Adler.
Ingatan awal milik seorang pasien menurut Adler
,merupakan petunjuk sempurna untuk memahami gaya hidup mereka. Seperti yang
kita lihat, gaya hidup berkembang di awal empat atau lima tahun dan Adler
merasa bahwa ingatan paling awal dari periode ini akan menunjukkan suatu gaya
hidup yang berkelajutan untuk memberikan karakter saat dewasa.
Seperti uji berikutnya, Adler menanyakan kepada lebih
dari seratus dokter mengenai ingatan awal mereka. Dia menemukan bahwa mayoritas
ingatan-ingatan itu terkait dengan baik penyakit maupun kematian di dalam
keluarga, yang rupanya membawa mereka pada pekerjaan yang memberantas penyakit
seperti masalah pada diri Adler sendiri.
Selagi Adler merasa bahwa tiap ingatan awal harus
diinterpretasikan dalam konteks pasien secara individu, dia menemukan beberapa
penggunaan komponen sama di antara mereka. Misalnya, ingatan yang melibatkan
bahaya atau hukuman menandai adanya suatu kecenderungan kearah permusuhan.
Ingatan-ingatan yang berpusat hanya pada satu orang tua menunjukkan preferensi
pada orang tua tersebut. Ingatan-ingatan perilaku yang tidak benar menandakan
adanya suatu usaha menghindari perilaku itu berulang.
Ingatan awal Adler menyatakan kelemahan fisik,
persaingan dengan kakaknya, preferensi terhadap ayahnya dari pada ibunya,
ambisi dan menanggulangi ketakutan akan kematian di masa kanak-kanaknya.
Semuanya ini memberikan karakter pada Adler.
Adler setuju dengan Freud mengenai nilai mimpi yang
besar dalam memahami kepribadian tetapi tidak setuju atas cara dimana mimpi
seharusnya diinterpretasikan. Adler tidak percaya bahwa mimpi memuaskan
keinginan atau menyatakan konflik yang sangat tersembunyi.
Adler merasa bahwa mimpi menyebabkan susana hati.
Seperti bukti berikut, dia menunjukan fakta bahwa kita sangat sering tidak bisa
mengingat peristiwa suatu mimpi dengan specifik, tetapi kita dapat mengingat
suasana hatinya. Kita mengingat apakah itu menakutkan atau indah tanpa dapat
mengingat semua detail cerita mimpi itu. Suasana hati muncul melalui mimpi yang
menipu seseorang, melemahkan perasaan dan logika secara umum. Di dalam fantasi
yang merupakan mimpi kita dapat mengatasi rintangan yang tersulit,
menyederhanakan masalah yang terkompleks. Dan itu adalah tujuan pokok dari
mimpi yakni untuk membantu individu [itu] memecahkan permasalahan yang ada.
Mimpi diorientasikan ke arah masa kini dan masa depan – ke arah tujuan dan
bukan ke arah konflik di masa lalu.
Bagaimanapun, seperti dengan ingatan pertama, Adler
menemukan interpretasi umum untuk beberapa mimpi. Misalnya, dia menemukan,
seperti Freud, bahwa banyak orang bermimpi jatuh atau terbang. Freud
menginterpretasikan mimpi seperti itu ke dalam istilah seksual. Bagi Adler,
bermimpi jatuh manandakan bahwa pandangan emosional orang itu adalah dari atas
ke bawah. Orang tersebut mungkin, misalnya, takut kehilangan harga diri. Sudut
pandang dalam bermimpi terbang adalah hanya sebaliknya dan mungkin menandai
adanya kerja keras yang meningkat, gaya hidup ambisi diman orang itu ingin
berada di atas orang lain. Beberapa mimpi menggabungkan jatuh dan terbang, yang
mana Adler menginterpretasikanya sebagai ketakutan yang menjadi terlalu
ambisius dan kemudian jatuh. Sebuah mimpi diburu oleh seseorang (atau sesuatu)
member kesan suatu perasaan kelemahan dalam berhubungan dengan orang lain.
Bermimpi bahwa seseorang tidak berpakaian menandai adanya ketakutan membuka
rahasia dirinya.
Dengan metode apapun, tujuan penelitian kepribadian
individu adalah untuk memahamigaya hidupnya dan untuk menentukan jika itu
adalah yang paling sesuai untuk orang tersebut.
Gambaran Adler Tentang Sifat Manusia
Kita telah mencatat di bagian awal BAB ini bagaimana
perbedaan gambaran Adler tentang alami manusia dibandingkan dengan Freud.
System Adler memberikan gambaran yang penuh harapan dan menyanjung-nyanjung
kita yang banyak mempertimbangkan penawar racun sambutan selamat dating bagi
gambaran Freud yang membosankan. Tentu saja hal itu lebih memuaskan pada rasa
harga diri kita untuk mempertimbangkan kemampuan diri kita dengan sadar
membentuk tujuan dan pengembangan diri kita dari pada didominasi oleh kekuatan
seksual dan pengalaman di masa kanak-kanak. Gambaran Adler tentang kita adalah
seseorang yang sangat optimistic. Kita tidak disetir oleh kekuatan
ketidaksadaran yang kita tidak dapat melihat dan mengontrolnya; kita membentuk
kekuatan diri kita sendiri dan menggunakanya dalam cara kreatif kita untuk
membangun gaya hidup yang unik. Keunikan ini adalah bagian gambaran Adler
lainya yang menyanjung-nyanjung. Banyak orang melihat dalam system Freud adalah
suatu penekanan universalitas dan kesamaan dalam manusia.
Gambaran Adler tentang sifat manusia adalah sederhana.
Masing-masing orang adalah unik dan memiliki kemauan dan pilihan yang bebas
untuk menciptakan dirinya. Meskipun aspek-aspek tertentu dari sifat
manusia adalah pembawaan dari lahir seperti minat social dan mengejar
kesempurnaan, itu adalah pengalaman yang menentukan seberapa baik kecenderungan
pewarisan ini akan di realisasikan. Dalam pandangan Adler pengaruh masa
kanak-kanak penting, khususnya urutan kelahiran dan hubungan dengan orang tua.
Adler tidak hanya yang melihat masing-masing orang
unik dan penuh kesadaran, tetapi dia juga memandang manusia seluruhnya sebagai
suatu keutuhan dalam terminology yang sama. Dia optimistis terhadap kemajuan
sosial. Dari masa kanak-kanak, dia prihatin dengan perbaikan bermasyarakat.
Kepercayaan kuat yang dapat mengubah diri kita dan masyarakat kita merupakan
suatu tanda dari teori Adlerian.
Konsep minat social ini menggambarkan suatu
kepercayaan bahwa orang mampu bekerja sama untuk menyempurnakan suatu
masyarakat yang sehat dan diinginkan. Dengan menggambarkannya kita mampu untuk
merasakan dan menyatakan symphaty, afeksi, dan identifikasi dengan orang lain.
Kisi-kisi UTS Psikologi Kepribadian Gunadarma
Kisi-kisi UTS Psikologi Kepribadian Gunadarma
Referensi:
Schultz, Duane. 1981. Theories of Personality. California:
Brooks/Cole Publishing Company.
0 komentar:
Posting Komentar