Siapa
yang tidak mengenal Steve Jobs, CEO dari Apple ini meninggal pada tahun 2011
kemarin. Film ini berkisah tentang biografi Steve Jobs, bagaimana Steve Jobs
mengembangkan Apple, presentasi Steve Jobs sampai produk pertama Apple.
"Musuh
terbesarmu adalah dirimu sendiri," ujar Mike Markkula (Dermot Mulroney)
kepada Steve Jobs (Ashton Kutcher). Menurut investor besar pertama yang percaya
dengan perusahaan Apple itu, Steve adalah sosok revolusioner, sekaligus monster
yang terbentuk karena ego.
Sutradara Joshua Michael Stern membuka filmnya dengan produk inovasi Jobs yang mengubah industri, dan menjadikan Apple sebagai salah satu perusahaan terbesar di dunia. Penonton kemudian dibawa ke 1974 saat Steve Jobs berada di Reed College. Steve bukan mahasiswa pada umumnya. Dia tidak mengikuti kelas-kelas, berpakaian rapi, ataupun berpesta dengan gila. Ia lebih suka menenteng buku ke lingkungan kampus tanpa alas kaki, dan tertidur di salah satu sudut kampus.
Baginya, mengikuti perkuliahan adalah kegiatan yang tidak berguna, tak lebih dari sekadar memburu status sosial lewat gelar dan berakhir sebagai tukang listrik. Namun, salah satu dosen berpengaruh di kampus tersebut masih memperbolehkan Steve mengikuti kelas yang dia mau, meskipun sudah drop out. Steve Jobs juga digambarkan melewati fase kehidupan masa mudanya dengan mempelajari kaligrafi, perjalanan spiritual ke India, hingga melayang dengan mengkonsumsi LSD. Film kemudian bergulir pada 1976 ketika Steve Jobs tinggal bersama orangtua angkatnya di California, dan bekerja pada perusahaan Atari yang fokus pada pembuatan game. Ia kemudian mengerjakan proyek bersama teman masa kecilnya Steve Wozniak (Josh Gad) berupa personal computer dengan nama The Apple 1. Dari situ, perjalanan Steve Jobs dalam mengubah industri penggunaan komputer dimulai. 'Jobs' tak hanya memperlihatkan sosok Steve Jobs yang dipuja-puja sebagai inovator. Kepeduliannya pada detail dan ambisinya dalam setiap proyek yang dikerjakan mengikis sisi humanis dalam dirinya. Steve Jobs tak peduli dengan kekasihnya yang hamil. Bukan hanya tak mengakui janin yang dikandung sang pacar, ia juga mengusir wanita malang itu dari rumah.
Jobs tak peduli apabila ia selalu parkir di tempat yang disediakan untuk penyandang cacat. Ia juga tidak memiliki empati sedikit pun saat memutuskan bahwa teman-temannya yang terlibat dalam proyek Apple 2 tidak layak mendapat jatah saham di perusahaan. "Dia itu brengsek," ucap beberapa orang di lingkungan Steve Jobs. Ya, dan dia memang digambarkan dengan perilaku seperti itu. Bagaimana ambisi dan ego tak hanya bisa mengubah pribadi seseorang, tetapi juga menjadi musuh terbesarnya sendiri. Ashton Kutcher menunjukkan penampilan bagus yang membuat penonton membenci sosok Steve Jobs secara pribadi, sekaligus kagum dengan kemauan besarnya dalam merevolusi industri. Meskipun telah diet buah hingga dilarikan ke rumah sakit, Ashton masih terlihat terlalu bugar dan keren bagi karakter yang digambarkan Wozniak, merujuk pada golongan geek. Namun, cara jalannya yang agak "jinjit" bolehlah menarik sedikit perhatian.
Sutradara Joshua Michael Stern membuka filmnya dengan produk inovasi Jobs yang mengubah industri, dan menjadikan Apple sebagai salah satu perusahaan terbesar di dunia. Penonton kemudian dibawa ke 1974 saat Steve Jobs berada di Reed College. Steve bukan mahasiswa pada umumnya. Dia tidak mengikuti kelas-kelas, berpakaian rapi, ataupun berpesta dengan gila. Ia lebih suka menenteng buku ke lingkungan kampus tanpa alas kaki, dan tertidur di salah satu sudut kampus.
Baginya, mengikuti perkuliahan adalah kegiatan yang tidak berguna, tak lebih dari sekadar memburu status sosial lewat gelar dan berakhir sebagai tukang listrik. Namun, salah satu dosen berpengaruh di kampus tersebut masih memperbolehkan Steve mengikuti kelas yang dia mau, meskipun sudah drop out. Steve Jobs juga digambarkan melewati fase kehidupan masa mudanya dengan mempelajari kaligrafi, perjalanan spiritual ke India, hingga melayang dengan mengkonsumsi LSD. Film kemudian bergulir pada 1976 ketika Steve Jobs tinggal bersama orangtua angkatnya di California, dan bekerja pada perusahaan Atari yang fokus pada pembuatan game. Ia kemudian mengerjakan proyek bersama teman masa kecilnya Steve Wozniak (Josh Gad) berupa personal computer dengan nama The Apple 1. Dari situ, perjalanan Steve Jobs dalam mengubah industri penggunaan komputer dimulai. 'Jobs' tak hanya memperlihatkan sosok Steve Jobs yang dipuja-puja sebagai inovator. Kepeduliannya pada detail dan ambisinya dalam setiap proyek yang dikerjakan mengikis sisi humanis dalam dirinya. Steve Jobs tak peduli dengan kekasihnya yang hamil. Bukan hanya tak mengakui janin yang dikandung sang pacar, ia juga mengusir wanita malang itu dari rumah.
Jobs tak peduli apabila ia selalu parkir di tempat yang disediakan untuk penyandang cacat. Ia juga tidak memiliki empati sedikit pun saat memutuskan bahwa teman-temannya yang terlibat dalam proyek Apple 2 tidak layak mendapat jatah saham di perusahaan. "Dia itu brengsek," ucap beberapa orang di lingkungan Steve Jobs. Ya, dan dia memang digambarkan dengan perilaku seperti itu. Bagaimana ambisi dan ego tak hanya bisa mengubah pribadi seseorang, tetapi juga menjadi musuh terbesarnya sendiri. Ashton Kutcher menunjukkan penampilan bagus yang membuat penonton membenci sosok Steve Jobs secara pribadi, sekaligus kagum dengan kemauan besarnya dalam merevolusi industri. Meskipun telah diet buah hingga dilarikan ke rumah sakit, Ashton masih terlihat terlalu bugar dan keren bagi karakter yang digambarkan Wozniak, merujuk pada golongan geek. Namun, cara jalannya yang agak "jinjit" bolehlah menarik sedikit perhatian.
Steve
Jobs sudah berpulang sekitar 4 tahun lalu, tepatnya pada 5 Oktober 2011.
Walaupun begitu, dunia masih terinspirasi oleh sosoknya. Salah satu poin yang
membuat Steve Jobs menginspirasi adalah cara berpikir yang unik dan kata-kata
yang dia ucapkan, sangat filosofis dan mendalam. Dengan hal itulah ia diteladani oleh
banyak orang di dunia.
Berikut ini adalah kutipan-kutipan dari
Steve Jobs yang sering kita dengar dan baca di media. Namun, bisa jadi
sebagiannya lagi belum pernah Anda dengar. Tidak hanya quote,
penjelasannya akan coba kami berikan supaya lebih memperkuat pemahaman Anda.
"Desain
bukan hanya tentang seperti apa sesuatu terlihat atau dirasakan. Desain adalah
soal bagaimana sesuatu bekerja"
Steve Jobs begitu terobsesi dengan desain. Ia benar-benar ingin menciptakan
sesuatu dengan desain yang bagus. Oleh karena itulah, ia sangat menghargai
Jonathan Ive . Dalam film Jobs (2013), Ive berkata saat ia bertemu Jobs pertama
kali, "Kamu lihat, desain komputer saat ini begitu mengerikan. Mengapa
kita tidak membuatnya menjadi menarik?"
Dalam buku Inside Steve's Brain karya Leander Kahney ditulis,
bagi Jobs desain bukan hanya soal tampilan belaka, tapi tentang cara bekerjanya
suatu hal. Semakin sederhana, semakin baiklah desainnya. Misalnya, jika kita
ingin menyalin data musik favorit kita dari komputer ke MP3 player, bagaimana
caranya? Perangkat MP3 lain biasanya begini: nyalakan alat, colokkan ke port
USB komputer, cari folder musik kemudian copy, lalu paste ke MP3 player
kita.
Kahney menulis, Jobs mendeskripsikan cara bekerja iPod dengan tiga kalimat,
"nyalakan, colokkan,wurrr...selesai". Lebih sederhana dari MP3 player
lain. Jobs mendesak karyawannya untuk membuat produk Apple sesederhana mungkin
hingga "setiap orang bisa memakainya tanpa panduan pakai sekalipun".
"Tetaplah
lapar. Tetaplah merasa bodoh".
Kata-kata ini ia sampaikan pada 2005 di acara kelulusan Stanford University.
Artinya kurang lebih, teruslah belajar dalam kehidupan ini. Jangan pernah
berhenti belajar, sebab ketika kita berhenti belajar, ketika itulah kita
berhenti bertumbuh. Saat kita berhenti bertumbuh, itulah tanda-tanda kita akan
gagal. Orang-orang sukses justru adalah orang-orang yang tidak pernah berhenti
belajar.
Di dunia ini, menurut ThoughtfulLearning,
ada dua macam mindset, yakni fixed mindset dan growth
mindset. Fixed mindset adalah pola pikir yang menyatakan, kecerdasan
dan bakat sudah ada sejak lahir. Pola pikir seperti ini membuat seseorang
menerima begitu saja nasibnya dan tidak memiliki hasrat untuk berubah.
Sedangkan growth mindset adalah pola pikir yang berpendapat,
kecerdasan dan bakat dapat berkembang maupun berkurang. Pola pikir ini dapat
membuat seseorang bersemangat untuk berubah, sebab bila tidak berubah, ia sadar
kecerdasannya akan berkurang. "Stay hungry. Stay foolish" adalah
ajakan Steve Jobs supaya kita memiliki growth mindset.
"Dipecat
dari Apple adalah hal terbaik yang pernah terjadi pada saya. Beban berat
sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula, di mana
segala sesuatunya kurang meyakinkan"
Steve Jobs pernah dipecat oleh dewan direksi Apple karena visinya terlalu
ambisius. Padahal Apple adalah perusahaan yang dia buat sendiri beserta Steve
Wozniak. Steve merasa terpuruk waktu itu, tetapi ia segera bangkit. Ia
mendirikan NeXT Computer, perusahaan pengembang perangkat lunak. Setelah itu,
ia mendirikan Pixar, studio animasi legendaris yang menciptakan Toy Story dan
film-film lain. Ia mengubah bagaimana film animasi bekerja.
Steve Jobs tampaknya mampu melihat sesuatu dengan sudut pandang positif di
tengah situasi terburuk sekalipun. Menurut penelitian Forbes, sikap itu adalah
salah satu sikap yang harus dikuasai seorang
pemimpin.
"Kami
membuat tombol di layar (produk kami) sedemikian cantiknya sehingga Anda ingin
menjilat mereka"
Steve Jobs begitu mencintai desain. Produk-produk Apple memiliki tampilan
sederhana, fokus, bersih, dan cantik -termasuk tombolnya. Hal ini membuat
orang-orang merasa senang dan keren. Ada pameo di dunia bisnis modern, yakni
"good design
good business". Tampaknya Steve Jobs benar-benar mencoba
mempraktekkan hal tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
mootee.typepad.com
Detik.com
0 komentar:
Posting Komentar