A. Psikologi Transpersonal
Ada sekian
bnyak definisi yang diajukan untuk psikologi transpersonal. Secara etimologi,
transpersonal sendiri berasal dari kata trans dan personal. Trans artinya di
atas (beyond, over) dan personal adalah diri. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa
transpersonal membahas atau mengkaji pengalaman di luar atau batas diri,
seperti halnya pengalaman-pengalaman spiritual. Di tahun 1992, setelah
melakukan penelahan atas kurang lebih 40 definisi, maka Lajoie dan Saphiro, dua
orang pionir utama psikologi transpersonal, merangkum dan merumuskan pengertian
psikologi transpersonal yang lebih sesuai untuk kondisi saat ini:
Transpersonal
psychology is concerned with the study of humanity’s highest potential, and
with the recognition, understanding, and realization of unitive, spiritual, and
transcendent states of consciousness.
Psikologi
transpersonal mempunyai perhatian terhadap studi potensial tertinggi umat
manusia dan dengan pengakuan, pemahaman dan perealisasian keadaan-keadaan
kesadaran yang mempersatukan, spiritual dan transenden.
Transformasi
kesadaran merupakan tinjauan pokok dari psikologi transpersonal, yakni studi
mengenai pengalaman-pengalaman yang mendalam, perasaan keterhubungan dengan
pusat kesadaran semesta, dan penyatuan dengan alam. Ada kesepakatan umum dari
para tokoh cabang psikologi ini, untuk tidak mengidentikkan mazhab ini dengan
keagamaan secara formal. Psikologi transpersonal bukanlah agama, bukan
ideologi, dan bukan juga metafisika.
Tapi definisi
ini tidak mengakomodasi kepentingan orang-orang yang berhubungan dan mengklaim
diri sebagai pengikut mazhab transpersonal, sehingga mau tidak mau kita harus
membagi mazhab transpersonal ini juga dalam empat cabang. Kelompok pertama
adalah kelompok mistis-magis. Menurut kelompok ini kesadaran transpersonal
bersesuaian dengan kesadaran para dukun dan shaman masa lalu. Pandangan ini
dianut oleh para aktivis New Age, dan salah satunya gerakan teosofi yang
dipimpin oleh Helena Blavatsky. Seringkali romantisme dari kelompok ini
menyulitkannya untuk berinteraksi dengan arus utama psikologi
Kelompok
kedua adalah kelompok tingkat kesadaran alternatif yang biasanya menolak
konsep-konsep perkembangan, tahap-tahap dan praktik peningkatan kesadaran.
Mereka lebih suka meneliti keadaan kesadaran sementara secara psiko-fisiologis
dengan memelajari keadaan-keadaan fisik seseorang yang berada dalam keadaan
transpersonal. Kelompok ini bersama kelompok ekoprimitivisme menganjurkan
penggunaan media (seperti zat-zat kimia atau psikotropika) untuk pencapaian
keasadaran transpersonal. Tokoh yang cukup penting dalam kelompok ini adalah
Stanislav Grof yang menggunakan LSD untuk psikoterapinya. Setelah penggunaan
LSD dilarang pemerintah, Grof kemudian menggunakan teknik pernapasan (pranayama)
dari tradisi Timur, yang disebutnya sebagai Holotrophic Breathwork.
Kelompok
ketiga, kelompok transpersonalis posmodern. Mereka menganggap keasadaran
transpersonal, sebenarnya merupakan keadaan yang biasa. Kita, manusia modern,
menganggapnya seolah luar biasa, karena kita membuang kondisi kesadaran seperti
ini. Kelompok ini menerima kisah-kisah para dukun shamanisme dan mistikus dalam
semangat relativisme pluralistik. Mereka justru mengecam filsafat perennial
yang mengungkapkan pengalaman mistik sebagai totaliter dan fasistik karena
mengagungkan hierarki.
Kelompok
psikologi transpersonal yang keempat adalah kelompok integral. Kelompok ini
menerima hampir semua fenomena kesadaran yang diteliti oleh ketiga kelompok
tadi. Yang berbeda, kelompok ini juga menerima konsep-konsep psikologi
transpersonal dari aliran pramodern dan posmodern. Salah seorang tokohnya
adalah Ken Wilber. Helena Blavastky, yang berada pada kelompok yang pertama,
misalnya, mengharuskan para anggotanya untuk tidak memiliki kecenderungan
kepada agama tertentu.
B. Psikoterapi
Transpersonal
Tujuan Psikologi Transpersonal adalah pencapaian potensi tertinggi manusia
seperti pada ketaksadaran tinggi, dengan melepaskan hambatan-hambatan. Dalam
prakteknya, tak dapat dipungkiri bahwa meditasi dan teknik kesadaran lainnya
adalah hal yang utama.
Menurut Boorstein (1996), Psikoterapi transpersonal adalah terapi yang didapat
dari perspektif transpersonal yang mengenali nilai dan validitas dari
pengalaman dan perkembangan transpersonal. Rowan (1996), Psikoterapi
transpersonal memiliki tempat bagi semua hal yang normal, seperti yang
dilakukan oleh psikoterapi lain, namun juga memberi tempat pada spiritualitas.
Selanjutnya Cortright (1997), Psikoterapi transpersonal dapat dipahami sebagai
peleburan dari tradisi-tradisi spiritual dan kajian psikologi
modern.
Dalam psikologi modern, terapi yang diberikan akan bersinggungan dengan
biomedis, dalam psikologi transpersonal, terapi yang dikembangkan akan
berhubungan dengan ritual-ritual yang dijalankan dalam tradisi-tradisi
keagamaan. Cara pandang yang holistik, terutama dari mistik Timur, pada
akhirnya membawa siginifikansi akan adanya pengaruh yang sangat kuat antara
tubuh, pikiran dan jiwa. Apa yang memanifetasi dalam tubuh fisik, sebenarnya
gambaran keadaan tubuh mentalnya. Demikian juga sebaliknya, gangguan fisik yang
terjadi seringkali memengaruhi kondisi mental seseorang.
Dari sini kemudian penurunan lebih lanjut dari terapi dalam psikologi
transpersonal adalah bagaimana agar si pasien bisa menyadari kondisi dirinya
sendiri, kondisi pikiran dan tubuhnya. Langkah penyadaran diri ini ditempuh
dengan pertama kali seorang klien mengidentifikasi proses dan mekanisme di dalam
tubunya secara sadar. Terapi seperti ini dinamakan biofeedback.
Pada daerah-daerah tertentu dipasang sensor elektronik, misalnya pada otot-otot
tubuh. Sinyal elektronik ini diamplikasi menjadi bunyi atau nyala lampu,
sehingga klien bisa melihat dan mendengar perubahan-perubahan yang terjadi,
baik dalam kondisi normal ataupun abnormal, manakala ia memberikan semacam
perubahan dalam proses fisiologi internal dirinya. Dalam beberapa penelitian,
terbukti biofeedback sangat efektif untuk tujuan relaksasi tubuh.
Menurunkan tingkat stress, dan gangguan-ganguan psikosomatis. Jantung berdebar,
napas tidak teratur, tekanan darah tinggi adalah jenis-jensi penyakit
psikosomatis yang berhasil disembuhkan dengan terapi ini.
Psikoterapi transpersonal tidak dapat didefinisikan dengan teknik. Namun bagi
semua teknik bisa menjadi transpersonal setelah diberi kerangka transpersonal.
Perspektif lebih besar pada psikoterapi transpersonal menjadikannya tidak
dibatasi oleh pendekatan yang spesifik, namun dapat disesuaikan dengan cara
mencocokkan beragam variasi teknik. Beberapa teknik yang mungkin dapat
dipraktekkan adalah: interpretasi, refleksi, memfokuskan, penjelajahan kognisi,
konfrontasi, bermain peran, guided imagery, dreamwork, olah tubuh/bodywork
(seperti bioenergetik, kesadaran indrawi, yoga, tai chi, aikido, biofeedback,
dll.), olah nafas (breathwork).
Psikoterapis merupakan orang yang berurusan dengan perihal pengentasan terhadap
penderitaan emosional. Penderitaan muncul dari kesulitan-kesulitan yang
tersamar seperti stres, kecemasan, depresi, masalah perilaku, konflik
interpersonal, kebingungan, dan putus asa (Germer, 2005).
Menurut Rowan (1993) serta Kasprow dan Scotton (1999) pada orang sehat perubahan
kesadaran dapat melahirkan kualitas manusia tertinggi, seperti altrusime,
kreativitas, intuisi, inner voice, dan peak experience. Bagi individu yang
kurang berkembang egonya, pengalaman-pengalaman perubahan kesadarannya mirip
dengan psikosis. Artinya, kondisi transpersonal kelihatan mirip dengan
psikosis. Berkaitan dengan terapi, psikologi transpersonal tidak menolak
terapi-terapi yang sudah ada. Tetapi menambahkannya dengan terapi yang
menggunakan latihan perubahan kesadaran, seperti: hypnosis, meditasi, dan
guided imagery (Rowan, 1993; Kasprow & Scotton, 1999). Sementara
menurut Davis (2005) psikoterapi transpersonal adalah betul-betul eklektik,
penggambaran dari teknik-teknik dan pemahaman dari variasi psikologi yang
luas dan sumber-sumber spiritual. Psikoterapi transpersonal berhadapan
dengan permasalahan psikologis dengan cakupan yang luas dan penggunaan
teknik-teknik yang luas pula, di antaranya adalah modifikasi perilaku,
restrukturisasi kognitif, praktek Gestalt, psikodinamika, dream-work, terapi
musik dan seni, serta meditasi. Dengan berbagai kombinasi teknik-teknik
kesadaran, maka sangat berpeluang untuk dibangunnya hal-hal baru. Beberapa
terapis transpersonal berikut membuktikan anggapan ini.
Segall (2005) mengeksplorasi konsep dan teknik mindfulness (meditasi dari
Budhisme) bagi pengembangan diri dalam psikoterapi pada konteks psikologi
klinis Barat.Judith Blackstone (2006) mengembangkan teknik intersubjektif dan
nondualitas (nonduality) dalam hubungan psikoterapeutik. Blackstone
mengembangkan metode Proses Realisasi (Realization Process) untuk
membantu klien dalam mengalami kesadaran nondual dalam seting klinis.
Asha Clinton (2006) memperkenalkan metode Seemorg Matrix Work sebagai
psikoterapi transpersonal energi baru. Baik secara teoritis maupun metodologis,
dasar dari Seemorg adalah sintesa dari pendekatan spiritualitas Timur,
psikologi Barat, dan psikoneuroimunologi. Seemorg diperoleh dari konsepsi
ketuhanan manusia yang merupakan inti dari ajaran Hinduisme, gagasan realitas archetypal
dan struktur psyche (dari psikologi analitik), filsafat Platonik,
serta aplikasi interrelasi antara semua bagian dan tingkatan manusia baik dari
psikoneuroimunologi maupun Buddhisme.
#Berikut video penjelasan singkat tentang Psikoterapi Transpersonal.
Refrensi : -Prabowo, Hendro.
2008. Pengantar Psikologi Transpersonal. Jakarta: tidak diterbitkan.
-https://www.youtube.com/watch?v=CVwX-x1NhbQ
0 komentar:
Posting Komentar