Senin, 08 Desember 2014

Latihan Soal Psikologi Klinis


~Sejarah Psikologi Klinis




1.     Sebagai upaya melakukan assesment dalam proses pelaksanaannya adalah hubungan psikologi klinis dengan mata kuliah……………..
a.     Psikoterapi
b.    Psikologi Abnormal
c.     Psikodiagnostik
d.    Kesehatan Mental
2.     Dengan melihat bagaimana seorang mampu mengatasi kecemasannya adalah salah satu bentuk dari perspektif…………………….
a.     General Psikologi
b.    Differential Psikologi
c.     Personological Psikologi
d.    Abnormal Psikologi
3.     Manusia bereaksi secara reaktif maupun proaktif adalah salah satu dari……….
a.     Ruang Lingkup Psikologi Klinis
b.    Perspektif Psikologi Klinis
c.   Asumsi Psikologi Klinis
d.    Faktor penting dalam Psikologi Klinis
4.     Bagaimana urutan proses dari assesment klinis……………
a.     Planning data collection prosedur – collecting assesment data – data processing & hypothesis formation – communicating assesment data
5.     Penekanan assesment berkaitan dengan hal-hal berikut ini, kecuali………
a.     Latar belakang lingkungan sosial dan keluarga
b.    Persepsi terhadap diri dan realita
c.     Riwayat secara genetis dan fisiologi
d.    Hubungan profesional antara psikolog dengan klien
6.     Bagaimana gambaran persepsi terhadap realitas menurut konsep sehat dalam psikologi klinis………………………
a.     Berorientasi pada masa yang akan datang
b.    Bebas, dapat berempati dengan lingkungan
c.     Memiliki keseimbangan, tidak konflik, tidak cemas, kuat terhadap stres
d.    Bisa membuat keputusan dengan cepat dan tepat sesuai dengan kebutuhan, memikirkan resiko dari langkah yang diambil
7.     Fokus dalam model therapeutic dalam intervensi Kesehatan mental adalah……
a.     Menekankan pada kondisi distres individu dan mengacu pada konsep medis dan penyakit psikiatrik
b.    Mengacu pada kepribadian, psikopatologi dan intervensi psikologis, serta peduli dengan well being individu
c.     Membantu melewati masa krisis dan mengembangkan kompetensi sosial
d.    Berpartisipasi langsung terhadap kondisi yang menyebabkan timbulnya gangguan atau masalah di dalam masyarakat.
8.     Prinsip dasar defenisi wawancara psikologi klinis menurut Flanagan adalah berikut ini……….
a.     Tujuan interviewer adalah untuk mengevaluasi, mengurangi distress, atau beberapa kombinasi dari cara-cara evaluasi dan menolong
b.    Perilaku interviewer yang spesifik sangat tergantung pada apa yang direncanakan interviewer
c.     Meletakkan kerangka kerja untuk membantu klien melalui konseling atau psikoterapi
d.    Interviewer menggunakan active listening skill untuk memahami dan berkomunikasi pada klien
9.     Jenis wawancara manakah yang sangat di utamakan…………
a.     The Intake interview
b.    The Diagnostic Interview
c.     The Social history / Case History Interview
d.    Interview With Informants
10.                        Memulihkan ketenangan klien, memberikan informasi dan merencanakan langkah selanjutnya adalah fokus aktivitas dalam sesi tahapan interview, yaitu…………………..
a.     Opening Phase
b.    The Middle Portion
c.     Inquiry Phase
d.    The Final Phase
11.                        Tujuan dari penggunaan Battery Test dalam proses assesment adalah……..
a.     Untuk menjaring aspek-aspek yang lebih luas, baik kepribadian atau abbility individu
b.    Agar dapat menjawab permasalahan/memenuhi kebutuhan klien
c.     Untuk mengukur berbagai kemungkinan atas bermacam kemampuan secara mental dan apa saja yang mendukung dalam upaya penyelesaian masalah klien
d.    Sebagai pertimbangan kegunaan fungsional dari tes dalam rencana treatment
12.                        Bagaimanakah mengkomunikasikan hasil assesment yang baik pada klien……….
a.     Memberikan semua hasil assesment
b.    Disampaikan terapis secara verbal, namun tetap menyertakan laporan psikologis yang tertulis
c.     Menyampaikan semua hasil assesment secara verbal
d.    Menyampaikan semua hasil assesment secara verbal disertai dokumen lain, misalnya identitas klien, laporan medis, kemajuan terapi, dsb
13.                        Menurut Brammer & Shostrong, psikoterapi ditandai dengan aktivitas…………
a.     Rekronstruktif
b.    Problem Solving
c.     Educational
d.    Suportif
14.                        Diagnosis ada pada tahapan akhir dari proses konseling yang fungsinya adalah…..
a.     Menetapkan hakikat masalah yang dihadapi klien beserta sebab-sebabnya dengan membuat perkiraan/dugaan, kemungkinan yang akan dihadapi klien berkaitan dengan masalahnya
b.    Merangkum dan mengorganisasikan data hasil tahapan analisis, sehingga dapat memberikan gambaran diri klien yang terdiri dari kelemahan dan kelebihan yang dimiliki, serta kemampuan dan ketidakmampuannya menyesuaikan diri
c.     Pengumpulan data atau informasi tentang diri klien dan lingkungannya, untuk lebih mengerti terhadap keadaan klien
d.    Implementasi alternatif pemecahan
15.                        Fokus dari psikologi komunitas adalah…………………
a.     Peningkatan kehidupan komunitas untuk semua warganya
b.    Sebagai wahana implementasi dari intervensi sosial
c.     Mengutamakan pencegahan daripada perbaikan
d.    Memfokuskan pada populasi dan pencegahan daripada individual dan pengobatan
16.                        Alasan bahwa psikologi komunitas kecewa dengan psikoterapi adalah…….
a.     Ketersediaan psikoterapis yang tidak memadai
b.    Kritik bahwa psikoterapi belum menunjukkan keefektifannya
c.     Kritik bahwa psikoterapi tidak mengutamakan growth & development dari individu
d.    Kritik bahwa psikoterapi fokus pada treatment
17.                        Bagaimana hubungan kemiskinan dan Kesehatan Mental dalam psikologi komunitas……………..
a.     Kemiskinan disebut juga kondisi yang patologis
b.    Kemiskinan menyebabkan individu mengalami gangguan mental
c.     Kemiskinan adalah fokus utama dalam penanganan kesehatan mental
d.    Kemiskinan merupakan masalah utama dalam kesehatan mental
18.                        Sejak banyak masalah kesehatan mental dikaitkan dengan skala tekanan sosial yang besar seperti kemiskinan, rasisme, kepadatan dan ketersaingan yang berada di luar jangkauan, intervensi profesional, psikologi komunitas berorientasi pada…..
a.     Pembentukan Pribadi
b.    Pembentukan Keluarga
c.     Pembentukan Masyarakat
d.    Pembentukan Sosial
19.                        Untuk mengembangkan kebutuhan pengetahuan akan intervensi, psikolog komunitas membutuhkan pendekatan penelitian yang………….
a.     Naturalistic & Ekologis
b.    Nature & Nurture
c.     Ekologis & Eksperimen
d.    Ekologis & Nurture
20.                        Tokoh – Tokoh psikologi komunitas mengutamakan pentingnya hal-hal berikut ini, kecuali…………..
a.     Sosial
b.    Terapeutic
c.     Preventif
d.    Growth & Development


Essai
1. Definisi psikolofi klinis?
2. Arti normalitas?
3. Model intervensi kesehatan mental àpublic hurt pole
4. Tujuan dan tahapan assesmen!
5. Kepribadian sehat menurut Jahoda!
6. Asumsi dasar orientasi psikologi klinis?
7. Test of altainment?
8. Arti dari denotation and bandwith fidelity
9. Kriterium utama dari Alport!
10. Cara individu menjadi pasien?
11. Definisi psikoterapi dan tahap-tahapnya?
12. Psikologi komunitas (definisinya, pendekatan kesmen komunitas, metode-metode intervensi dan perubahan)?
1. Psikologi klinis adalah terapang ilmu pengetahuan psikologi yang mengarah pada penemuan karakteristik dan kapasitas tingkah individu, melalui metode pengukuran, analisis serta observasi yang kemudian diintegrasikan dengan pemeriksaan fisik serta latar belakang social individu untuk sampai pada tahap pmberian saran dan rekomendasi tentang penyesuaian diri individu tersebut.


2. Arti normalitas :
a. Normality as health
Normal jika àsehat, tidak sakit, tidak ada symptom, tidak perlu perawatan, kondisi yang reasonable, umum dibidang medis psikiatrik
b. Normalty as ideal
Normal dengan mempertimbangkan kondisi ideal (kondisi optimal-aktualisasi diri), individu yang berfungsi penuh, kepribadian matang, kesehatan mental yang positif, sulit namun perlu untuk prevensi dan mengoptimalkan kepribadian.
c. Normality as average
Berdasarkan pengukuran statistic/kurva normal. Disebut normal jika berada dalam kurva rata-rata.
d. Normality as socially acceptable
Berdasarkan penilaian/konteks social, normal jika conform/ sesuai dengan harapan masyarakat yang bersifat normative, namun sebaliknya, ada juga kondisi normal di suatu masyarakat, tetapi dianggap normal bagi masyarakat di suuatu tempat / daerah lain.
e. Normality as process
Dikaitkan dengan proses sepanjang waktu , menekankan evolusi system psikologis & biologis sehingga penilaian tergantung dari proses kehidupan yg dialami.


3. Model intervensi kesmen pubic hurt pole

4. Tujuan dan tahapan assesmen :
Tujuan assesmen:
1. To provide baseline information àmenyediakan informasi pada tahap awal/ sebelum ada penanganan/ treatment sehingga dapat dibandingkan dengan setelah treatment.
2. To plan and guide therapeutic interventionà memperoleh gambaran tentang diri pasien (struktur kepribadian, kebutuhan, konflik, potensi dsb) yang akan digunakan untuk merencanakan tujuan, strategi dan hal yang berkaitan dengan terapi, biasanya dilakukan sebelum terapi dimulai.
3. To evaluate the patient’s status after treatmentàmengevaluasi efek dari program terapeutik, gambaran komdisi pasien dapat dijadikan dasar untuk terapi selanjutnya.
4. For diagnosisà mendiagnosis pasien untuk keperluan administrasi, hokum atau arsip, dan untuk terapi.
5. For predict the future behavioràuntuk mempredikis perilaku dimasa yg akan dating, dengan melihat karakteristik, situasi psikososial dmna subjek berada, kualitas personal dalam mengatasi masalah.
Tahapan assesmen:
1. Preparationà klinisi pelajari masalah klien dan merencanakan langkah dalam assesmen.
2. Inputàmengumpulkan data mengenai pasien dan kondosinya, dengan cara test, interview, observasi, catatan atau data kehidupan.
3. Processingà data yang telah dikumpulkan digunakan sesuai tujuan (mengklasifikasi, menggambarkan, atau memprediksi) dengan cara dianalisis, diinterpretasikan dikombinasi dan ditransfer dalam bntuk hipotesis, keterkaitan atau kesimpulan.
4. Outputàhasil dikomunikasikan dan diputuskan mengenai pananganan lebih lanjut.

5. Kepribadian sehat menurut Jahoda :
1. Sikap terhadap diri àkemampuan mengenali diri sendiri. Kesadarn diri, konsep diri, berkaitan dengan identitas dan penerimaan diri.
2. Tumbuh berkembang dan beraktualisasi diriàmengembangkan potensi/kecakapan, berusaha keras untuk mencapai masa depan.
3. Integrasi kepribadianàkondisi seimbang (tidak konflik, cemas dll) kuat trhdp stress, dapat berfungsi secara optimal.
4. Otonomiàdapat membuat keputusan dengan mudah dan cepat sesuai kebutuhannya
5. Persepsi terhadap realitasàkek=mampuan sso u/ memandang/melihat kedalam diri maupun dunia luar secara nyata/baik. Sso mampu berempati dan bbs dri distorsi kebutuhan.
6. Kemampuan mengatasi lingkunganà sso mampu u/ menyesuiaikan diri/mengatasi trhdp tuntutan situasi dan harapan lingkungan, u/ mampu berkasih saying/bercinta, bekerja dan efesien dlm mengatasi masalah.


6. Asumsi dasar orientasi psikologi klinis :
1. Semua perilaku dpt ditntukan (determined)à dr akar sejarah sso. Dpt diterangkan bedsrkn kebutuhan individu, struktur kepribadian, dan situasi yang menentukan.
2. Perilaku bersifat plasticityà wlwpn dipengaruhi masa lalu, kebutuhan skill, ;pengetahuan dan berbagai fungsi psikologis dapat berubah dalam merespon pengalaman dan alur kehidupan.
3. Manusia bereaksi (reactive) terhadap stimulus dari dalam maupun luar, tetapi jg bersifat proactiveà tidak hanya merespon dan beradaptasi terhadap lingkungan tetapi jg melakukan brbagai hal dalam kehidupan ssuai dgn konsep dan kebutuhannya.
4. Setiap manusia adalah unik dan harus dimengerti, namun prinsip dari fungsi psikologis berlaku secara umum tuk semua org.
5. Perilaku sso dimotivasi dan bertujuan à tiap manusia memiliki kebutuhan yang akan mendorongnya berperilaku kearah tujuan positif/negative.
6. Perilaku scr teratur mengarah keberfungsiannya individu scr matang dan efektifàkebutuhan dan tekanan lingkungan, diatasdi oleh struktur kepribadian.
7. Kepribadian berkembangàberkaitan dengan meningkatnya diferensiasi, integritas dan self regulation.
8. Perilaku bersifat adaptifàmanusia akan tumbuh, memuat keputusan, dan berfungsi scr optimal, walaupun menghadapi stress.
9. Manusia merupakan makhluk biologis, social, dan psikologisà PL harus dipandang sgi rangkaian system yang saling mempengaruhi.

7. Test of altainment mencakup test prestasi dalam bidang tertentu seperti misalnya test berhitung, tes bicara, tes bahasa, tes steno,dsb.


8. Arti dari :
1. Denotation kesalahan2 yang dicatat, skor2 yang diperoleh dpt dikembangkan untuk menjalin kontak slnjtnya antara pemeriksa dengan subjek.
2. Bandwith fidelity apakah seorang ahli bermaksud untuk mengukur banyak dimensi secara dangkal atau hanya satu dimensi secara rinci.

9. Kriterium Utama Alport :
1. Apakah keterlibatan observer dapat dikurangi sampai batas minimum.
2. Apakah kontak yg terjalin antara observer dan subjek yang diobservasi bertambah sejauh hal itu memungkinkan.
3. Apakah situasi observasi/test dapat diulangi oleh pemeriksa lain.

10. Cara individu menjadi pasien:
1. By self initiated actionàpasien kenali masalah & mcri bantuan, pasien termotivasi
2. On the advice otheràpasien dpt kenali mslh, namun: menganggao tdk perlu ke psikolog, tdk tw hrs bgmna, pasien diberi tw /diinformasikan.
3. By coercion (paksaan)à pasien berada dlm kondisi psikotik tdk berinisiatif dan tdk direkomendasikan.


11. Definisi psikoterapi dan tahap2nya :
Psikoterapi adalah suatu proses klinis yg bertujuan untuk meningkatkan/memperbaiki level/tingkat psychososial adjustment pasien dan meningkatkan kapasitas pasien dlm kehidupannya.
Tahapannya:
1. Initial contact
2. Assessment
3. The goals treatment
4. Implementing treatment
5. Termination, evaluation, and follow up.


12. Definisi: psikologi komunitas adalah suatu pendekatan terhadap kesehatan mental yang menekankan pada peran daya lingkunagan dalam menciptakan dan mgurangi masalah.
Pendekatan Kesmen dalam Komunitas:
1. Intervensi dlm komunitas
2. Intervensi dilakukan dalam populasi yg terbatas, missal high risk population
3. penekanan pada pencegahan
4. promosi pelayanan tak langsung, seperti mengadakan konsultasi dan pelatihan.
5. Pelaksanakan oleh ahli dari berbagai bidang ilmu dan awam.
Metode2 intervensi dan Perubahan:
1. Konsultasi,,yaitu mengajak orang2 yg mempunyai peran besar dlm masyarakat untuk membahas dan membantu mengatasi mslh kesmen masyarakat.
2. Mengadakan layanan masayarakat, sgbi pnggnti layanan RS, tempat penitipan smntra bagi pndrita gang.jiwa.
3. Intervensi klinis, member bantuan dan dukungan kepada org2 dlm keadaan stress akut agar mereka terhindar dari gangguan yg lbh parah.
4. Intervensi pada usia dini, program ibu dan balita, seperti penyuluhan gizi,, kesehatan, imunisasi dll.
5. Pengembangan bebgi program pelatihan upaya pemberdayaan masyarakat, sprit membuat tulisan2 singkat tntg upaya cpt u/ mengatasi brbgi keadaan darurat psikologis, missal mengatasi kecemasan dan stress.







ASESMEN dalam PSIKOLOGI KLINIS
M. Fakhrurrozi, S.Psi

APA ITU ASESMEN?
“Proses mengumpulkan informasi yang biasanya digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan yang nantinya akan dikomunikasikan kepada pihak-pihak terkait oleh asesor” (Nietzel dkk,1998).

Kita pada dasarnya seringkali melakukan asesmen. Misalnya ketika bertemu seseorang, saat itu kita akan berusaha untuk mengumpulkan informasi, memproses dan menginterpretasikannya. Informasi tersebut dapat berupa latar belakang, sikap, tingkah laku atau karakteristik yang dimiliki orang tersebut. Kemudian informasi tersebut dihubungkan dengan pengalaman dan harapan yang kita miliki sehingga kita akan mendapatkan kesan dari orang tersebut yang selanjutnya kita jadikan dasar untuk memutuskan cara kita bersikap terhadapnya.

PROSES ASESMEN KLINIS

Inti asesmen adalah mengumpulkan informasi yang akan digunakan untuk mengenali dan menyelesaikan masalah menjadi lebih efektif.




 




                    

I.   PLANNING DATA COLLECTION PROCEDURES

·       Apa yang ingin kita ketahui ?

Usaha-usaha atau penekanan asesmen yang dilakukan disesuaikan dengan pendekatan atau teori yang akan digunakan. Penekanan asesmen berkaitan dengan dinamika kepribadian, latar belakang lingkungan sosial dan keluarga, pola interaksi dengan orang lain, persepsi terhadap diri dan realita atau riwayat secara genetis dan fisiologi.

Tabel 1. Tingkat asesmen dan data yang berkaitan


TINGKAT ASESMEN

JENIS DATA
1.   Somatis
Golongan darah, pola respon somatis terhadap stres, fungsi hati, karakteristik genetis, riwayat penyakit, dsb
2.   Fisik
Berat/tinggi badan, jenis kelamin, warna kulit, bentuk tubuh, tipe rambut, dsb
3.   Demografis
Nama, umur, tempat/tanggal lahir, alamat, nomor telepon, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, status perkawinan, jumlah anak, dsb
4.  Overt behavior
Kecepatan membaca, koordinasi mata-tangan, kemampuan conversation, ketrampilan bekerja, kebiasaan merokok, dsb
5.   Kognitif/intelektual
Respon terhadap tes intelegensi, daya pikir, respon terhadap tes persepsi, dsb
6.   Emosi/afeksi
Perasaan, respon terhadap tes kepribadian, emosi saat bercerita, dsb
7.   Lingkungan
Lokasi dan karakteristik tempat tinggal, deskripsi kehidupan pernikahan, karakteristik pekerjaan, perilaku anggota keluarga dan teman, nilai-nilai budaya dan tradisi, kondisi sosial ekonomi, lokasi geografis, dsb

 




PEDOMAN STUDI KASUS :

1.   Identifikasi data, meliputi : nama, jenis kelamin, pekerjaan, penghasilan, status perkawinan, alamat, tempat tanggal lahir, agama, pendidikan, suku bangsa.
2.   Alasan kedatangan dan keluhan, harapan-harapan klien.
3.   Situasi saat ini, meliputi : di tempat tinggal, kegiatan harian, perubahan dalam hidup yang terjadi dalam satu bulan, dsb.
4.   Keluarga, meliputi : deskripsi orang tua, saudara, figur lain dalam keluarga yang dekat dengan klien (significant other), peran dalam keluarga, dsb.
5.   Ingatan awal, mendeskripsikan tentang kejadian dan situasi pada awal kehidupannya.
6.   Kelahiran dan perkembangan, meliputi : usia saat bisa berjalan dan berbicara, permasalahan dengan anak lain, pengaruh dari pengalaman masa kecil, dsb.
7.   Kondisi fisik dan kesehatan, meliputi : penyakit sejak kecil, penggunaan obat dokter atau obat terlarang yang berturut-turut, merokok, alkohol, kebiasaan makan atau olahraga, dsb.
8.   Pendidikan, meliputi : riwayat pendidikan, bidang pendidikan yang diminati, prestasi, bidang yang dirasa sulit, dsb.
9.   Pekerjaan, meliputi : alasan berhenti atau pindah kerja, sikap dalam menghadapi pekerjaan, dsb.
10.                     Minat dan hobi, meliputi : kesenangan, ekspresi diri, hobi, dsb.
11.                     Perkembangan seksual, meliputi : aktivitas seksual, ketepatan dalam pemuasan kebutuhan seksual, dsb.
12.                     Data perkawinan dan keluarga, meliputi : alasan menikah, kehidupan perkawinan dalam budayanya, masalah selama menikah, kebiasaan dalam rumah tangga, dsb.
13.                     Dukungan sosial, minat sosial dan komunikasi dengan orang lain, meliputi : tingkat frekuensi untuk berhubungan dengan orang lain, kontribusi selama berinteraksi, kesediaan menolong orang lain, dsb.
14.                     Self description, meliputi : kekuatan dan kelemahan, daya imajinasi, kreativitas, nilai-nilai dan ide.
15.                     Pilihan dalam hidup, meliputi : keputusan untuk berubah, kejadian penting, dsb.
16.                     Tujuan dan masa depan, meliputi : harapan pada 5 – 10 tahun yang akan datang, hal-hal yang perlu disiapkan untuk itu, kemampuan untuk menetapkan tujuan, daya realistis berhubungan dengan waktu, dsb.
17.                     Hal-hal lain dapat dilihat dari riwayat atau latar belakang klien.

Pedoman tersebut harus selalu disesuaikan dengan pendekatan yang akan digunakan :
·       Psikodinamika lebih memfokuskan pada pertanyaan seputar motif bawah sadar, fungsi ego, perkembangan pada awal kehidupan (5 tahun pertama) dan berbagai macam defense mechanism.
·       Kognitif-behavior memfokuskan pada skill, pola berpikir yang biasa digunakan, berbagai stimulus yang mendahului serta permasalahan perilaku yang menyertainya.
·       Fenomenologi cenderung mengikuti outline asesmen dan melihat bahwa serangkaian asesmen merupakan kolaborasi untuk memahami klien dalam hal bagaimana klien melihat atau mempersepsi dunia.

TUJUAN ASESMEN KLINIS
       Ada tiga macam yaitu klasifikasi diagnostik, deskripsi dan prediksi.
1.  Klasifikasi diagnostik
Maksud dari klasifikasi (penegakan) diagnostik yang tepat antara lain :
·       Untuk menentukan jenis treatment yang tepat. Suatu treatment sangat bergantung pada bagaimana pemahaman klinisi terhadap kondisi klien termasuk jenis gangguannya (vermande, van den Bercken, & De Bruyn, 1996).
·       Untuk keperluan penelitian. Penelitian tentang berbagai penyebab suatu gangguan sangat bergantung kepada validitas dan reliabilitas diagnostik yang ditegakkan.
·       Memungkingkan klinisi untuk mendiskusikan gangguan dengan cara efektif bersama profesional yang lain (Sartorius et.al, 1996).

Diagnostic System : DSM-IV

Teknik pengklasifikasian gangguan mental sudah dilakukan sejak tahun 1900-an. Sedangkan secara formal baru pada tahun 1952 ketika APA (American Psychiatric Association) menerbitkan sistem klasifikasi diagnostik yang pertama kali, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. Sistem ini kemudian terkenal dengan nama DSM I dan berlaku hingga tahun 1968, ketika WHO mengeluarkan International Classification of Diseases (ICD). DSM I kemudian direvisi dan disamakan dengan ICD, kemudian terbit DSM II. DSM I dan II menyeragamkan terminologi untuk mendeskripsikan dan mendiagnosa perilaku abnormal, tetapi tidak menjelaskan tentang aturan sebagai pedoman dalam memutuskan suatu diagnostik. Di dalamnya tidak terdapat suatu kriteria yang jelas bagi tiap gangguan sehingga agak sulit untuk mengklasifikasikan diagnostik. Pada tahun 1980 DSM II mengalami perubahan menjadi DSM III yang diikuti pada tahun 1987 dengan edisi revisi sehingga namanya menjadi DSM III-R. Dalam DSM III ini, sudah terdapat suatu kriteria operasional untuk masing-masing label diagnostik. Kriteria ini meliputi simtom utama dan simtom spesifik serta durasi simtom muncul. Disini juga digunakan pendekatan multiaxial, dimana klien dideskripsikan ke dalam lima dimensi (axis), yaitu :
a.    Axis I      : 16 gangguan mental major
b.   Axis II     :  Berbagai problem perkembangan dan gangguan kepribadian
c.    Axis III   : Gangguan fisik atau kondisi-kondisi yang mungkin berhubungan dengan  gangguan mental
d.   Axis IV    :Stressor psikososial (lingkungan) yang mungkin memberi kontribusi terhadap gangguan pada Axis I dan II
e.    Axis V     : Rating terhadap fungsi psikologis, sosial dan pekerjaan dalam satu tahun    terakhir

DSM III-R pun kemudian dikritik karena beberapa kriteria diagnostiknya masih terlalu samar dan masih membuka peluang untuk muncul bias dalam penggunaannya. Dan Axis II, IV dan V mempunyai kekurangan dalam pengukurannya. Akhirnya pada tahun1988, APA membentuk tim untuk membuat DSM IV. Di dalamnya tetap menggunakan pendekatan multiaxial seperti pada DSM III-R dan Axis I hanya dapat di tegakkan jika terdapat jumlah kriteria minimum dari daftar simtom yang disebutkan. Pada DSM IV ini terdapat beberapa modifikasi dalam terminologi sebelumnya dan skema rating yang digunakan pada beberapa axis. Sekarang ini telah diterbitkan DSM IV-TR (Text Revised). Sampai saat ini DSM IV dan DSM IV-TR digunakan sebagai pedoman klinisi dan profesional terkait untuk menentukan diagnostik.
Multiaxial DSM IV :
a.    Axis I    : Clinical Disorders, Other Conditions That May Be a Focus of Clinical Attentions
b.    Axis II  : Personality Disorders, Mental Retardation
c.    Axis III : General Medical Conditions
d.    Axis IV : Psychosocial and Environtmental Problems
e.    Axis V  : Global Assessment of Functioning (GAF)

2.    Deskripsi
Para klinisi beranggapan bahwa untuk memahami content dari perilaku klien secara utuh maka harus mempertimbangkan juga tentang context sosial, budaya dan fisik klien. Hal itu menyebabkan  asesmen diharapkan dapat mendeskripsikan kepribadian seseorang secara lebih utuh dengan melihat pada person-environtment interactions. Dalam fungsinya sebagai sarana untuk melakukan deskripsi terhadap kepribadian seseorang secara utuh, di dalam asesmen harus terdapat antara lain : motivasi klien, fungsi intrapsikis, respon terhadap tes, pengalaman subjektif, pola interaksi, kebutuhan (needs) dan perilaku. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif tersebut memudahkan klinisi untuk mengukur perilaku pra treatment, merencanakan jenis treatment dan mengevaluasi perubahan perilaku pasca treatment.

3.    Prediksi
Tujuan asesmen yang ketiga adalah untuk memprediksi perilaku seseorang. Misalnya klinisi diminta oleh perusahaan, kantor pemerintah atau militer untuk menyeleksi seseorang yang tepat bagi suatu posisi kerja tertentu. Dalam kasus tersebut, klinisi akan melakukan asesmen dengan mengumpulkan dan menguji data deskriptif yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan prediksi dan seleksi.
Klinisi kadang dihadapkan pada situasi untuk memprediksi hal-hal yang berbahaya, misalnya pertanyaan seperti “Apakah si A akan bunuh diri ?”, “Apakah si B tidak akan menyakiti orang lain setelah keluar dari RS?”. Pada saat itu klinisi harus menentukan jawaban “ya” atau “tidak”. Prediksi klinisi tentang  “berbahaya” atau “tidak berbahaya” dapat dievaluasi dengan empat kemungkinan jawaban.
a.    True positive, jika prediksi klinisi berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku berbahaya.
b.   True negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku yang tidak berbahaya.
c.    False negative, jika prediksi klinisi tidak berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku berbahaya.
d.   False positive, jika prediksi klinisi berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku tidak berbahaya.

II.  COLLECTING ASSESSMENT DATA
·        Bagaimana seharusnya kita mencari tahu tentang hal itu ?

SUMBER ASESMEN DATA
Ada empat macam yaitu : interview, tes, observasi dan life record.
1.   Interview
Interview merupakan dasar dalam asesmen dan merupakan sumber yang sangat luas. Ada beberapa kelebihan interview antara lain:
a.    Merupakan hal biasa dalam interaksi sosial sehingga memungkinkan untuk mengumpulkan sampel tentang perilaku verbal atau non verbal individu bersama-sama.
b.   Tidak membutuhkan peralatan atau perlengkapan khusus dan dapat dilakukan dimanapun juga.
c.    Mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi. Klinisi bebas untuk melakukan inquiry (pendalaman) terhadap topik pembicaraan yang mungkin dapat membantu proses asesmen.
Tetapi interview dapat terdistorsi oleh karakteristik dan pertanyaan interviewer, karakteristik klien dan oleh situasi pada saat interview berlangsung.

2.   Tes
Seperti interview, tes juga memberikan sampel perilaku individu, hanya saja dalam tes stimulus yang direspon klien lebih terstandardisasikan daripada interview. Bentuk tes yang sudah standar tersebut membantu untuk mengurangi bias yang mungkin muncul selama proses asesmen berlangsung. Respon yang diberikan biasanya dapat diubah dalam bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Hal itu membantu klinisi untuk memahami klien. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai dengan norma yang ada.

3.  Observasi
Tujuan observasi adalah untuk mengetahui lebih jauh di luar apa yang dikatakan klien. Banyak yang mempertimbangkan bahwa observasi langsung mempunyai tingkat validitas yang tertinggi dalam asesmen. Hal itu berhubungan dengan kelebihan observasi antara lain:
a.    Observasi dilakukan secara langsung dan mempunyai kemampuan untuk menghindari permasalahan yang muncul selama interview dan tes seperti  masalah memori, jenis respon, motivasi dan bias situasional.
b.   Relevansinya terhadap perilaku yang menjadi topik utama. Misalnya perilaku agresif anak dapat diobservasi sebagaimana perilaku yang ditunjukkan dalam lingkungan bermain dimana masalah itu telah muncul.
c.    Observasi dapat mengases perilaku dalam konteks sosialnya. Misalnya untuk memahami seorang pasien yang kelihatan depresi setelah dikunjungi keluarganya, akan lebih bermakna dengan mengamati secara langsung daripada bertanya, “Apakah Anda pernah depresi?”.
d.   Dapat mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail. Misalnya untuk mengetahui tingkat gairah seksual seseorang dapat diobservasi dengan banyaknya cairan vagina yang keluar atau observasi melalui bantuan kamera.

4.  Life record
Asesmen yang dilakukan melalui data-data yang dimiliki seseorang baik berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan, catatan medis, tabungan, buku harian, surat, album foto, catatan kepolisian, penghargaan, dsb. Banyak hal dapat dipelajari dari life record tersebut. Pendekatan ini tidak meminta klien untuk memberi respon yang lebih banyak seperti melalui interview, tes atau observasi. Selama proses ini, data dapat lebih terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor situasional. Contohnya, klinisi ingin mendapatkan informasi tentang riwayat pendidikan klien. Data tentang transkrip nilai selama sekolah mungkin dapat lebih memberikan informasi yang akurat tentang hal itu daripada bertanya ,”Bagaimana saudara di sekolah?”. Buku harian yang ditulis selama periode kehidupan seseorang juga dapat memberikan informasi tentang perasaan, harapan, perilaku atau detail suatu situasi yang mana hal itu mungkin terdistorsi karena lupa selama interview. Dengan merangkum informasi yang di dapat tentang pikiran dan tingkah laku klien selama periode kehidupan yang panjang, life records memberikan suatu sarana bagi klinisi untuk memahami klien dengan lebih baik.

III.  PROCESSING ASSESSMENT DATA
·       Bagaimana seharusnya data-data tersebut dikombinasikan ?
·       Bagaimana asesor dapat meminimalkan bias selama interpretasi data ?
      Didasarkan pada teori apa yang akan digunakan : psikoanalisa, behavioral atau fenomenologi.

Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya dalam asesmen adalah menentukan arti dari data tersebut. Jika informasi tersebut sekiranya berguna dalam pancapaian tujuan asesmen, maka informasi itu akan dipindahkan dari data kasar menjadi format interpretatif. Langkah tersebut biasanya disebut pemrosesan data asesmen atau clinical judgment.
Klinisi cenderung melihat data asesmen melalui tiga cara yaitu : sebagai sampel, korelasi atau tanda (sign). Contoh : Seorang laki-laki menelan 20 tablet obat penenang sebelum tidur tadi malam di sebuah hotel, tapi berhasil diselamatkan oleh petugas kebersihan yang akhirnya membawanya ke RS.
1.   Data  dilihat sebagai sampel dari perilaku klien. Kemungkinan judgment :
·       Klien mempunyai cara potensial untuk melakukan pembunuhan secara medis
·       Klien tidak ingin diselamatkan sebab tidak ada seorangpun yang tahu tentang usaha bunuh diri tersebut sebelum hal itu terjadi.
·       Dalam situasi yang sama, klien mungkin akan mencoba bunuh diri lagi.

Disini dapat dilihat, bahwa data berupa usaha bunuh diri dilihat sebagai contoh dari apa yang dilakukan klien dalam situasi seperti itu. Tidak ada usaha untuk mengetahui mengapa dia mencoba bunuh diri. Jika dilihat sebagai sampel, akan didapat kesimpulan tingkat rendah. Teori yang mendasarinya adalah behavioral.

2.   Data dilihat sebagai korelasi dengan aspek lain dalam hidup klien. Kemungkinan judgment :
·       Klien sepertinya seorang lelaki setengah baya yang masih single atau bercerai dan mengalami kesepian.
·       Klien saat itu mungkin mengalami depresi.
·       Klien kurang mendapatkan dukungan emosi dari teman dan keluarganya.

Ada kombinasi antara : 1). Fakta tentang perilaku klien. 2). Pengetahuan klinisi tentang apa yang sekiranya dapat dikorelasikan dengan perilaku klien. Disini kesimpulan yang diambil berada pada tingkat yang lebih tinggi. Kesimpulannya didasarkan pada data-data pendukung yang ada di luar data asli seperti hubungan antara bunuh diri, usia, jenis kelamin, dukungan sosial, dan depresi. Semakin kuat pemahaman terhadap hubungan antar variabel, maka kesimpulan yang di dapat semakin akurat. Pendekatan ini bisa didasarkan pada beragam teori.

3.   Data dilihat sebagai tanda (sign) yang lain, untuk mengetahui karakteristik kilen yang masih kurang jelas. Kemungkinan judgment :
·       Dorongan agresif klien berubah menyerang diri sendiri.
·       Perilaku klien merefleksikan adanya konflik intrapsikis.
·       Perilaku minum obat merupakan manifestasi adanya kebutuhan untuk ditolong yang tidak disadarinya.

Kesimpulan yang didapat berada pada tingkat paling tinggi. Teori yang mendasari pendekatan ini adalah psikoanalisa atau fenomenologi.

IV.  COMMUNICATING ASSESSMENT DATA
·       Siapa yang akan diberi laporan asesmen dan tujuannya apa ?
·       Bagaimanakah asesmen akan mempengaruhi klien yang di ases ?

Hasil dari asesmen biasanya akan ditulis menjadi sebuah laporan asesmen. Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi suatu laporan asesmen yaitu : jelas, relevan dengan tujuan dan berguna.
1.  Jelas
Kriteria pertama yang harus dipenuhi adalah laporan itu harus jelas. Tanpa kriteria ini, relevansi dan kegunaan laporan tidak dapat dievaluasi. Ketidakjelasan laporan psikologis merupakan suatu masalah karena kesalahan interpretasi dapat menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan.
2.  Relevan dengan tujuan
Laporan asesmen harus relevan dengan tujuan yang sudah ditetapkan pada awal asesmen. Jika tujuan awalnya adalah untuk mengklasifikasikan perilaku klien maka informasi yang relevan dengan hal itu harus lebih ditekankan.
3.  Berguna
Laporan yang ditulis diharapkan dapat memberikan sesuatu informasi tambahan yang penting tentang klien. Kadang terdapat juga laporan yang mempunyai validitas tambahan yang rendah. Misalnya klinisi menyimpulkan bahwa klien mempunyai kecenderungan agresifitas tinggi, tapi data kepolisian mencatat bahwa klien tersebut telah berulang kali ditahan karena kasus kekerasan. Informasi yang diberikan klinisi tidak memberikan suatu hal penting lainnya dari klien.





0 komentar:

Posting Komentar

Blogger templates