Sabtu, 28 Maret 2015

Soft Skill "Kesehatan Mental"

























A.    Sejarah Kesehatan Mental






Peradaban-Peradaban Awal
     Di antara semua peradaban sepanjang zaman kuno (dari 5000 tahun SM sampai 500 tahun M), penyakit mental mulai menjadi hal yang umum. Bersama dengan penderitaan-penderitaan lain, kekalutan-kekalutan mental menjadi kawan seperjalanan yang setia bagi manusia pada waktu ia bergerak menuju kehidupan yang terorganisasi. Ilmu kedokteran menjadi lebih terorganisasi waktu peradaban-peradaban menjadi lebih maju.
Mesir
     Ilmu kedokteran di Mesir erat berhubungan dengan agama. Meskipun coraknya magis dan berhubungan dengan agama dan dengan dewa-dewa yang ditetapkan untuk melindungi kesehatan, namun ilmu kedokteran Mesir maju dan sangat rasional. Dalam tulisan-tulisan Mesir, otak digambarkan untuk pertama kalinya dan diketahui juga perannya dalam proses-proses mental.  
Cina dan India serta Timur Jauh
     Metode-metode pengobatan Cina dan Hindu mirip dengan yang terdapat di Persia. Ada kepercayaan-kepercayaan yang serupa dengan kekuatan-kekuatan yang berperang antara yang baik dengan yang buruk, dimana roh-roh jahat memasuki badan manuasia dan terus-menerus diusir. Dalam pandangan orang-orang Cina, gangguan menta dilihat sebagai penyakit dan dianggap sebagai gangguan proses alam atau ketidakseimbangan antara yin dan yang.
     Pada abad ke-20 Cina menggunakan banyak sikap dan prosedur dari psikiatri Barat tetapi dengan suatu perbedaan, yakni pengobatan yang dilakukan oleh orang-orang Cina sangat eklektis dan merupakan campuran dari pengobatan tradisional, psikoterapi modern, dan pengobatan farmakologi. Demikian juga orang-orang Hindu memiliki kekuatan baik yang disebut Vishnu dan berperang melawan kekuatan jahat yang disebut Shiva. Dalam tulisan-tulisan para dokter di India sekitar tahun 600 SM, ditemukan gambaran terinci mengenai beberapa bentuk penyakit mental dan eppilepsi dengan saran agar dirawat dengan ramah. Mungkin perhatian utama pada ilmu kedokteran awal di India yang penting bagi penyelidikan kesehatan mental terdapat dalam beberapa praktek Budhisme. Penekanan agama Budha supaya orang berpaling kepada diri bathiniah dan menarik diri dari dunia luar mengandung arti psikoterapi yang mirip sekali dengan bentuk-bentuk yang digunakan dewasa ini.
     Peradaban-peradaban awal di Timur Jauh dan yang terletak agak ke Barat, yakni sekitar Laut Tengah dan juga yang terdapat di Benua Amerika selama zaman orang-orang Inca dan Aztec mempunyai ciri-ciri yang sama berkenaan dengan penyakit dan kesehatan mental. Didalam semua masyarakat ini rupanya terdapat cukup banyak kekalutan mental.
Afrika
     Masyarakat di Afrika pada abad masa lampau berpendapat bahwa gangguan-gangguan fisik dan metal disebabkan oleh musuh-musuh, roh-roh jahat atau oleh nenek moyang yang marah. Kebanyakan masyarakat Afrika didewasa ini dan dalam masa lampau memiliki 2 sikap terhadap kesehatan mental dan penyakit mental. Pertama, mereka tidak terlalu menganggap jelek terhadap gangguan-gangguan metal dan mereka relatif sabar terhadap anggota-anggota masyarakat yang kalut. Kedua, mereka sangat menghargai para ahli obat tradisional yang memegang fungsi penting dalam merawat orang-orang yang mengalami gangguan-gangguan mental dan fisik. Para ahli obat tradisional itu adalah pengamat dan pendiagnosis yang terampil dalam gangguan mental dan mereka bisa menggunakan upacara penyembuhan dan excorcisme dan ramuan untuk menghilangkan gangguan mental. Kelompok masyarakat juga menggunakan “terapi kelompok” dengan menggunakan kegiatan-kegiatan seperti menari, musik dan keadaan-keadaan trance untuk menghilangkan gangguan mental dan mencegah kekuatan jahat yang menyebabkan gangguan-gangguan itu. Masyarakat Afrika kadang-kadang menggunakan agama sebagai hasil sintesis dari nilai-nilai kristen dan kepercayaan-kepercayaan tradisional dimana sistem-sistem spiritual dan sistem-sistem penyembuhan digabungkan.
Abad Pertengahan
     Dengan hancurnya peradaban Yunani-Romawi, kemajuan ilmu pengetahuan di Eropa mengalami kemunduran. Banyak kebiasaan baik yang telah lama dibina dalam ilmu kedokteran sebelumnya tidak diteruskan, dan hal yang lebih buruk, takhayul-takhayul kuno dan ilmu tentang setan-setan (demonologi) didhidupkan kembali dan pemikiran teologis pada waktu itu kurang berusaha untuk mematahkan pendekatan yang bersifat spiristis terhadap masalah penyakit mental. Exocisme dianggap penting sekali. Dengan demikian, mantra-mantra dianggap sebagai bagian sah dari ilmu kedokteran, bahkan pemakaian teknik-teknik yang benar-benar rasional harus disertai dengan mengucapkan kata-kata mantra (mistik).
Zaman Renaisans
     Meskipun para pasien sakit mental tenggelam dalam dunia takhayul dan lingkungan yang tidak berperikemanusiaan, namun di negara-negara tertentu di Eropa suara-suara diteriakkan oleh tokoh-tokoh agama, ilmukedokteran, dan filsafat. Usaha mereka selama masa tersebut mungkin digambarkan sebagai “terang dalam kegelapan”.
Prancis
     Meskipun ada sedikit kemajuan pada abad ke-16 dan ke-17, namun hasil yang dicapai masih lebih kurang dibbandingkan pada abad berikutnya. Kemajuan-kemajuan ilmiah lambat laun dipaksa memberi jalan bagi kemajuan ilmu pengetahuan eksperimental dan psikopatologi modern. Melalui kemajuan itu, maka pendekatan terhadap orang-orang yang sakit mental semakin bertambah ilmiah dan manusiawi.
Abad XVII-Abad XX
     Kecenderungan umum pertama terhadap perawatan khusus bagi para pasien sakit mental mungkin sekali muncul setelah pembaruan-pembaruan sosial,politik, dan ilmu pengetahuan yang menjadi ciri dari pertengahan abad ke-18. Pada awal abad ke-18 yang dilihat sebagai “zaman rasio”, perhatian dipusatkan pada klaasifikasi dan sistem, suatu hal yang mungkin sama dengan analisis sistem. Kemajuan dalam ilmu kedokteran fisik dicapai dengan identifikasi, penyelidikan, dan usaha untuk secara rasional mengobati banyak penyakit dan saat itu dilihat sebagai sesuatu yang misterius dan magis.












B. Konsep Sehat


                Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Kesehatan sebagai suatu spektrum merupakan suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan dalam rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
            Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas daripenyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat tersebut sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.
            Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik (badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.
            Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau usia lanjut, berlaku arti produktif secara sosial. Misalnya produktif secara sosial-ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang baik, sedang produktif secara sosial-ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau masyarakat.
            Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan seseorang, kelompok ataumasyarakat.
Itulah sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.
• Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
• Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
• Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.


4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagikehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.






 C. Perbedaan Konsep Barat dan Timur 



      



Perbedaan konsep Baradan Timur teretak pada berbagai sisi :      
# Psikologi-psikologi Timur didasarkan pada introspeksi dan pemeriksaan diri sendiri yang menuntut banyak energi sedangkan psikologi-psikologi Barat lebih bersandar pada observasi tingkah laku.     
# Sebagian besar terapi-terapi Barat menangani orang-orang yang mengalami gangguan, sedangkan disiplin-disiplin Timur menangani orang-orang yang normal dan memilih penyesuaian sosial yang baik.     
# Persona dan teknik dalam penyembuhan suatu gangguan mental adalah sumbangan Barat. Rasa harmoni dalam individu dan dalam hubungannya dengan masyarakat dan dengan Yang Absolut (Tuhan) yang mampu membuat kesehatan mental lebih seimbang merupakan sumbangan Timur. 




Daftar Pustaka
OFM, Semiun, Yustinus. (2006).kesehatan mental 1.
     Kanisius: Yogyakarta.
Dudiarto, Eko., Anggraeni, Dewi. (2001). Epidemiologi.
     EGC: Jakarta.
Bastaman, H.D. 2003. Buku Kenangan Kongres 1 Asosiasi Psikologi Islami. Surakarta: UMS
fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24029/KesMen.ppt
 

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger templates