Minggu, 13 Maret 2016

Psikoterapi Transpersonal















A.     Psikologi Transpersonal

Ada sekian bnyak definisi yang diajukan untuk psikologi transpersonal. Secara etimologi, transpersonal sendiri berasal dari kata trans dan personal. Trans artinya di atas (beyond, over) dan personal adalah diri. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa transpersonal membahas atau mengkaji pengalaman di luar atau batas diri, seperti halnya pengalaman-pengalaman spiritual. Di tahun 1992, setelah melakukan penelahan atas kurang lebih 40 definisi, maka Lajoie dan Saphiro, dua orang pionir utama psikologi transpersonal, merangkum dan merumuskan pengertian psikologi transpersonal yang lebih sesuai untuk kondisi saat ini:
Transpersonal psychology is concerned with the study of humanity’s highest potential, and with the recognition, understanding, and realization of unitive, spiritual, and transcendent states of consciousness.
Psikologi transpersonal mempunyai perhatian terhadap studi potensial tertinggi umat manusia dan dengan pengakuan, pemahaman dan perealisasian keadaan-keadaan kesadaran yang mempersatukan, spiritual dan transenden.
Transformasi kesadaran merupakan tinjauan pokok dari psikologi transpersonal, yakni studi mengenai pengalaman-pengalaman yang mendalam, perasaan keterhubungan dengan pusat kesadaran semesta, dan penyatuan dengan alam. Ada kesepakatan umum dari para tokoh cabang psikologi ini, untuk tidak mengidentikkan mazhab ini dengan keagamaan secara formal. Psikologi transpersonal bukanlah agama, bukan ideologi, dan bukan juga metafisika.
Tapi definisi ini tidak mengakomodasi kepentingan orang-orang yang berhubungan dan mengklaim diri sebagai pengikut mazhab transpersonal, sehingga mau tidak mau kita harus membagi mazhab transpersonal ini juga dalam empat cabang. Kelompok pertama adalah kelompok mistis-magis. Menurut kelompok ini kesadaran transpersonal bersesuaian dengan kesadaran para dukun dan shaman masa lalu. Pandangan ini dianut oleh para aktivis New Age, dan salah satunya gerakan teosofi yang dipimpin oleh Helena Blavatsky. Seringkali romantisme dari kelompok ini menyulitkannya untuk berinteraksi dengan arus utama psikologi
Kelompok kedua adalah kelompok tingkat kesadaran alternatif yang biasanya menolak konsep-konsep perkembangan, tahap-tahap dan praktik peningkatan kesadaran. Mereka lebih suka meneliti keadaan kesadaran sementara secara psiko-fisiologis dengan memelajari keadaan-keadaan fisik seseorang yang berada dalam keadaan transpersonal. Kelompok ini bersama kelompok ekoprimitivisme menganjurkan penggunaan media (seperti zat-zat kimia atau psikotropika) untuk pencapaian keasadaran transpersonal. Tokoh yang cukup penting dalam kelompok ini adalah Stanislav Grof yang menggunakan LSD untuk psikoterapinya. Setelah penggunaan LSD dilarang pemerintah, Grof kemudian menggunakan teknik pernapasan (pranayama) dari tradisi Timur, yang disebutnya sebagai Holotrophic Breathwork.
Kelompok ketiga, kelompok transpersonalis posmodern. Mereka menganggap keasadaran transpersonal, sebenarnya merupakan keadaan yang biasa. Kita, manusia modern, menganggapnya seolah luar biasa, karena kita membuang kondisi kesadaran seperti ini. Kelompok ini menerima kisah-kisah para dukun shamanisme dan mistikus dalam semangat relativisme pluralistik. Mereka justru mengecam filsafat perennial yang mengungkapkan pengalaman mistik sebagai totaliter dan fasistik karena mengagungkan hierarki.
Kelompok psikologi transpersonal yang keempat adalah kelompok integral. Kelompok ini menerima hampir semua fenomena kesadaran yang diteliti oleh ketiga kelompok tadi. Yang berbeda, kelompok ini juga menerima konsep-konsep psikologi transpersonal dari aliran pramodern dan posmodern. Salah seorang tokohnya adalah Ken Wilber. Helena Blavastky, yang berada pada kelompok yang pertama, misalnya, mengharuskan para anggotanya untuk tidak memiliki kecenderungan kepada agama tertentu.





B.     Psikoterapi Transpersonal

            Tujuan Psikologi Transpersonal adalah pencapaian potensi tertinggi manusia seperti pada ketaksadaran tinggi, dengan melepaskan hambatan-hambatan. Dalam prakteknya, tak dapat dipungkiri bahwa meditasi dan teknik kesadaran lainnya adalah hal yang utama. 

             Menurut Boorstein (1996), Psikoterapi transpersonal adalah terapi yang didapat dari perspektif transpersonal yang mengenali nilai dan validitas dari pengalaman dan perkembangan transpersonal. Rowan (1996), Psikoterapi transpersonal memiliki tempat bagi semua hal yang normal, seperti yang dilakukan oleh psikoterapi lain, namun juga memberi tempat pada spiritualitas. Selanjutnya Cortright (1997), Psikoterapi transpersonal dapat dipahami sebagai peleburan dari tradisi-tradisi spiritual dan kajian psikologi modern.           
          
          Dalam psikologi modern, terapi yang diberikan akan bersinggungan dengan biomedis, dalam psikologi transpersonal, terapi yang dikembangkan akan berhubungan dengan ritual-ritual yang dijalankan dalam tradisi-tradisi keagamaan. Cara pandang yang holistik, terutama dari mistik Timur, pada akhirnya membawa siginifikansi akan adanya pengaruh yang sangat kuat antara tubuh, pikiran dan jiwa. Apa yang memanifetasi dalam tubuh fisik, sebenarnya gambaran keadaan tubuh mentalnya. Demikian juga sebaliknya, gangguan fisik yang terjadi seringkali memengaruhi kondisi mental seseorang.
            Dari sini kemudian penurunan lebih lanjut dari terapi dalam psikologi transpersonal adalah bagaimana agar si pasien bisa menyadari kondisi dirinya sendiri, kondisi pikiran dan tubuhnya. Langkah penyadaran diri ini ditempuh dengan pertama kali seorang klien mengidentifikasi proses dan mekanisme di dalam tubunya secara sadar. Terapi seperti ini dinamakan biofeedback.
            Pada daerah-daerah tertentu dipasang sensor elektronik, misalnya pada otot-otot tubuh. Sinyal elektronik ini diamplikasi menjadi bunyi atau nyala lampu, sehingga klien bisa melihat dan mendengar perubahan-perubahan yang terjadi, baik dalam kondisi normal ataupun abnormal, manakala ia memberikan semacam perubahan dalam proses fisiologi internal dirinya. Dalam beberapa penelitian, terbukti biofeedback sangat efektif untuk tujuan relaksasi tubuh. Menurunkan tingkat stress, dan gangguan-ganguan psikosomatis. Jantung berdebar, napas tidak teratur, tekanan darah tinggi adalah jenis-jensi penyakit psikosomatis yang berhasil disembuhkan dengan terapi ini.

            Psikoterapi transpersonal tidak dapat didefinisikan dengan teknik. Namun bagi semua teknik bisa menjadi transpersonal setelah diberi kerangka transpersonal.
            Perspektif lebih besar pada psikoterapi transpersonal menjadikannya tidak dibatasi oleh pendekatan yang spesifik, namun dapat disesuaikan dengan cara mencocokkan beragam variasi teknik. Beberapa teknik yang mungkin dapat dipraktekkan adalah: interpretasi, refleksi, memfokuskan, penjelajahan kognisi, konfrontasi, bermain peran, guided imagery, dreamwork, olah tubuh/bodywork (seperti bioenergetik, kesadaran indrawi, yoga, tai chi, aikido, biofeedback, dll.), olah nafas (breathwork).   
            Psikoterapis merupakan orang yang berurusan dengan perihal pengentasan terhadap penderitaan emosional. Penderitaan muncul dari kesulitan-kesulitan yang tersamar seperti stres, kecemasan, depresi, masalah perilaku, konflik interpersonal, kebingungan, dan putus asa (Germer, 2005).
            Menurut Rowan (1993) serta Kasprow dan Scotton (1999) pada orang sehat perubahan kesadaran dapat melahirkan kualitas manusia tertinggi, seperti altrusime, kreativitas, intuisi, inner voice, dan peak experience. Bagi individu yang kurang berkembang egonya, pengalaman-pengalaman perubahan kesadarannya mirip dengan psikosis. Artinya, kondisi transpersonal kelihatan mirip dengan psikosis. Berkaitan dengan terapi, psikologi transpersonal tidak menolak terapi-terapi yang sudah ada. Tetapi menambahkannya dengan terapi yang menggunakan latihan perubahan kesadaran, seperti: hypnosis, meditasi, dan guided imagery (Rowan, 1993; Kasprow & Scotton, 1999).  Sementara menurut Davis (2005) psikoterapi transpersonal adalah betul-betul eklektik, penggambaran dari teknik-teknik dan pemahaman dari  variasi psikologi yang luas dan  sumber-sumber spiritual. Psikoterapi transpersonal berhadapan dengan permasalahan psikologis dengan cakupan yang luas dan penggunaan teknik-teknik yang luas pula, di antaranya adalah modifikasi perilaku, restrukturisasi kognitif, praktek Gestalt, psikodinamika, dream-work, terapi musik dan seni, serta meditasi.  Dengan berbagai kombinasi teknik-teknik kesadaran, maka sangat berpeluang untuk dibangunnya hal-hal baru. Beberapa terapis transpersonal berikut membuktikan anggapan ini.
            Segall (2005) mengeksplorasi konsep dan teknik mindfulness (meditasi dari Budhisme) bagi pengembangan diri dalam psikoterapi pada konteks psikologi klinis Barat.Judith Blackstone (2006) mengembangkan teknik intersubjektif dan nondualitas (nonduality) dalam hubungan psikoterapeutik. Blackstone mengembangkan metode Proses Realisasi (Realization Process) untuk membantu klien dalam mengalami kesadaran nondual dalam seting klinis.
            Asha Clinton (2006) memperkenalkan metode Seemorg Matrix Work sebagai psikoterapi transpersonal energi baru. Baik secara teoritis maupun metodologis, dasar dari Seemorg adalah sintesa dari pendekatan spiritualitas Timur, psikologi Barat, dan psikoneuroimunologi. Seemorg diperoleh dari konsepsi ketuhanan manusia yang merupakan inti dari ajaran Hinduisme, gagasan realitas archetypal dan struktur psyche (dari psikologi analitik), filsafat Platonik, serta aplikasi interrelasi antara semua bagian dan tingkatan manusia baik dari psikoneuroimunologi maupun Buddhisme.






 #Berikut video penjelasan singkat tentang Psikoterapi Transpersonal.












Refrensi :  -Prabowo, Hendro. 2008. Pengantar Psikologi Transpersonal. Jakarta: tidak diterbitkan.
                  -https://www.youtube.com/watch?v=CVwX-x1NhbQ

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger templates