1. Sebagai upaya melakukan assesment dalam proses
pelaksanaannya adalah hubungan psikologi klinis dengan mata kuliah……………..
a. Psikoterapi
b. Psikologi Abnormal
c. Psikodiagnostik
d. Kesehatan Mental
2. Dengan melihat bagaimana seorang mampu mengatasi
kecemasannya adalah salah satu bentuk dari perspektif…………………….
a. General Psikologi
b. Differential Psikologi
c. Personological Psikologi
d. Abnormal Psikologi
3. Manusia bereaksi secara reaktif maupun proaktif adalah
salah satu dari……….
a. Ruang Lingkup Psikologi Klinis
b. Perspektif Psikologi Klinis
c. Asumsi Psikologi Klinis
d. Faktor penting dalam Psikologi Klinis
4. Bagaimana urutan proses dari assesment klinis……………
a. Planning data collection prosedur –
collecting assesment data – data processing & hypothesis formation –
communicating assesment data
5. Penekanan assesment berkaitan dengan hal-hal berikut
ini, kecuali………
a. Latar belakang lingkungan sosial dan keluarga
b. Persepsi terhadap diri dan realita
c. Riwayat secara genetis dan fisiologi
d. Hubungan profesional antara psikolog dengan klien
6. Bagaimana gambaran persepsi terhadap realitas menurut
konsep sehat dalam psikologi klinis………………………
a. Berorientasi pada masa yang akan datang
b. Bebas, dapat berempati dengan lingkungan
c. Memiliki keseimbangan, tidak konflik, tidak cemas,
kuat terhadap stres
d. Bisa membuat keputusan dengan cepat dan tepat sesuai
dengan kebutuhan, memikirkan resiko dari langkah yang diambil
7. Fokus dalam model therapeutic dalam intervensi
Kesehatan mental adalah……
a. Menekankan pada kondisi distres individu dan mengacu
pada konsep medis dan penyakit psikiatrik
b. Mengacu pada kepribadian, psikopatologi dan
intervensi psikologis, serta peduli dengan well being individu
c. Membantu melewati masa krisis dan mengembangkan
kompetensi sosial
d. Berpartisipasi langsung terhadap kondisi yang
menyebabkan timbulnya gangguan atau masalah di dalam masyarakat.
8. Prinsip dasar defenisi wawancara psikologi klinis
menurut Flanagan adalah berikut ini……….
a. Tujuan interviewer adalah untuk mengevaluasi,
mengurangi distress, atau beberapa kombinasi dari cara-cara evaluasi dan
menolong
b. Perilaku interviewer yang spesifik sangat tergantung
pada apa yang direncanakan interviewer
c. Meletakkan kerangka kerja untuk membantu
klien melalui konseling atau psikoterapi
d. Interviewer menggunakan active listening skill untuk
memahami dan berkomunikasi pada klien
9. Jenis wawancara manakah yang sangat di utamakan…………
a. The Intake interview
b. The Diagnostic Interview
c. The Social history / Case History Interview
d. Interview With Informants
10.
Memulihkan
ketenangan klien, memberikan informasi dan merencanakan langkah selanjutnya
adalah fokus aktivitas dalam sesi tahapan interview, yaitu…………………..
a. Opening Phase
b. The Middle Portion
c. Inquiry Phase
d. The Final Phase
11.
Tujuan dari
penggunaan Battery Test dalam proses assesment adalah……..
a. Untuk menjaring aspek-aspek yang lebih luas,
baik kepribadian atau abbility individu
b. Agar dapat menjawab permasalahan/memenuhi kebutuhan
klien
c. Untuk mengukur berbagai kemungkinan atas bermacam
kemampuan secara mental dan apa saja yang mendukung dalam upaya penyelesaian
masalah klien
d. Sebagai pertimbangan kegunaan fungsional dari tes
dalam rencana treatment
12.
Bagaimanakah
mengkomunikasikan hasil assesment yang baik pada klien……….
a. Memberikan semua hasil assesment
b. Disampaikan terapis secara verbal, namun tetap
menyertakan laporan psikologis yang tertulis
c. Menyampaikan semua hasil assesment secara verbal
d. Menyampaikan semua hasil assesment secara
verbal disertai dokumen lain, misalnya identitas klien, laporan medis, kemajuan
terapi, dsb
13.
Menurut Brammer
& Shostrong, psikoterapi ditandai dengan aktivitas…………
a. Rekronstruktif
b. Problem Solving
c. Educational
d. Suportif
14.
Diagnosis ada
pada tahapan akhir dari proses konseling yang fungsinya adalah…..
a. Menetapkan hakikat masalah yang dihadapi
klien beserta sebab-sebabnya dengan membuat perkiraan/dugaan, kemungkinan yang
akan dihadapi klien berkaitan dengan masalahnya
b. Merangkum dan mengorganisasikan data hasil tahapan
analisis, sehingga dapat memberikan gambaran diri klien yang terdiri dari
kelemahan dan kelebihan yang dimiliki, serta kemampuan dan ketidakmampuannya
menyesuaikan diri
c. Pengumpulan data atau informasi tentang diri klien dan
lingkungannya, untuk lebih mengerti terhadap keadaan klien
d. Implementasi alternatif pemecahan
15.
Fokus dari
psikologi komunitas adalah…………………
a. Peningkatan kehidupan komunitas untuk semua warganya
b. Sebagai wahana implementasi dari intervensi sosial
c. Mengutamakan pencegahan daripada perbaikan
d. Memfokuskan pada populasi dan pencegahan
daripada individual dan pengobatan
16.
Alasan bahwa
psikologi komunitas kecewa dengan psikoterapi adalah…….
a. Ketersediaan psikoterapis yang tidak memadai
b. Kritik bahwa psikoterapi belum menunjukkan
keefektifannya
c. Kritik bahwa psikoterapi tidak mengutamakan growth
& development dari individu
d. Kritik bahwa psikoterapi fokus pada treatment
17.
Bagaimana
hubungan kemiskinan dan Kesehatan Mental dalam psikologi komunitas……………..
a. Kemiskinan disebut juga kondisi yang
patologis
b. Kemiskinan menyebabkan individu mengalami gangguan
mental
c. Kemiskinan adalah fokus utama dalam penanganan
kesehatan mental
d. Kemiskinan merupakan masalah utama dalam kesehatan
mental
18.
Sejak banyak
masalah kesehatan mental dikaitkan dengan skala tekanan sosial yang besar
seperti kemiskinan, rasisme, kepadatan dan ketersaingan yang berada di luar
jangkauan, intervensi profesional, psikologi komunitas berorientasi pada…..
a. Pembentukan Pribadi
b. Pembentukan Keluarga
c. Pembentukan Masyarakat
d. Pembentukan Sosial
19.
Untuk
mengembangkan kebutuhan pengetahuan akan intervensi, psikolog komunitas
membutuhkan pendekatan penelitian yang………….
a. Naturalistic & Ekologis
b. Nature & Nurture
c. Ekologis & Eksperimen
d. Ekologis & Nurture
20.
Tokoh – Tokoh
psikologi komunitas mengutamakan pentingnya hal-hal berikut ini, kecuali…………..
a. Sosial
b. Terapeutic
c. Preventif
d. Growth & Development
Essai
1. Definisi psikolofi klinis?
2. Arti normalitas?
3. Model intervensi kesehatan mental àpublic hurt pole
4. Tujuan dan tahapan assesmen!
5. Kepribadian sehat menurut Jahoda!
6. Asumsi dasar orientasi psikologi klinis?
7. Test of altainment?
8. Arti dari denotation and bandwith fidelity
9. Kriterium utama dari Alport!
10. Cara individu menjadi pasien?
11. Definisi psikoterapi dan tahap-tahapnya?
12. Psikologi komunitas (definisinya, pendekatan kesmen komunitas,
metode-metode intervensi dan perubahan)?
1. Psikologi klinis adalah terapang ilmu pengetahuan psikologi yang
mengarah pada penemuan karakteristik dan kapasitas tingkah individu, melalui
metode pengukuran, analisis serta observasi yang kemudian diintegrasikan dengan
pemeriksaan fisik serta latar belakang social individu untuk sampai pada tahap
pmberian saran dan rekomendasi tentang penyesuaian diri individu tersebut.
2. Arti normalitas :
a. Normality as health
Normal jika àsehat, tidak sakit, tidak ada symptom, tidak perlu perawatan,
kondisi yang reasonable, umum dibidang medis psikiatrik
b. Normalty as ideal
Normal dengan mempertimbangkan kondisi ideal (kondisi optimal-aktualisasi
diri), individu yang berfungsi penuh, kepribadian matang, kesehatan mental yang
positif, sulit namun perlu untuk prevensi dan mengoptimalkan kepribadian.
c. Normality as average
Berdasarkan pengukuran statistic/kurva normal. Disebut normal jika berada
dalam kurva rata-rata.
d. Normality as socially acceptable
Berdasarkan penilaian/konteks social, normal jika conform/ sesuai dengan
harapan masyarakat yang bersifat normative, namun sebaliknya, ada juga kondisi
normal di suatu masyarakat, tetapi dianggap normal bagi masyarakat di suuatu
tempat / daerah lain.
e. Normality as process
Dikaitkan dengan proses sepanjang waktu , menekankan evolusi system
psikologis & biologis sehingga penilaian tergantung dari proses kehidupan
yg dialami.
3. Model intervensi kesmen pubic hurt pole
4. Tujuan dan tahapan assesmen :
Tujuan
assesmen:
1. To provide baseline information àmenyediakan informasi pada tahap awal/
sebelum ada penanganan/ treatment sehingga dapat dibandingkan dengan setelah
treatment.
2. To plan and guide therapeutic interventionà memperoleh gambaran tentang
diri pasien (struktur kepribadian, kebutuhan, konflik, potensi dsb) yang akan
digunakan untuk merencanakan tujuan, strategi dan hal yang berkaitan dengan
terapi, biasanya dilakukan sebelum terapi dimulai.
3. To evaluate the patient’s status after treatmentàmengevaluasi efek dari
program terapeutik, gambaran komdisi pasien dapat dijadikan dasar untuk terapi
selanjutnya.
4. For diagnosisà mendiagnosis pasien untuk keperluan administrasi, hokum
atau arsip, dan untuk terapi.
5. For predict the future behavioràuntuk mempredikis perilaku dimasa yg
akan dating, dengan melihat karakteristik, situasi psikososial dmna subjek
berada, kualitas personal dalam mengatasi masalah.
Tahapan
assesmen:
1. Preparationà klinisi pelajari masalah klien dan merencanakan langkah
dalam assesmen.
2. Inputàmengumpulkan data mengenai pasien dan kondosinya, dengan cara
test, interview, observasi, catatan atau data kehidupan.
3. Processingà data yang telah dikumpulkan digunakan sesuai tujuan
(mengklasifikasi, menggambarkan, atau memprediksi) dengan cara dianalisis,
diinterpretasikan dikombinasi dan ditransfer dalam bntuk hipotesis, keterkaitan
atau kesimpulan.
4. Outputàhasil dikomunikasikan dan diputuskan mengenai pananganan lebih
lanjut.
5. Kepribadian sehat menurut Jahoda :
1. Sikap terhadap diri àkemampuan mengenali diri sendiri. Kesadarn diri,
konsep diri, berkaitan dengan identitas dan penerimaan diri.
2. Tumbuh berkembang dan beraktualisasi diriàmengembangkan potensi/kecakapan,
berusaha keras untuk mencapai masa depan.
3. Integrasi kepribadianàkondisi seimbang (tidak konflik, cemas dll) kuat
trhdp stress, dapat berfungsi secara optimal.
4. Otonomiàdapat membuat keputusan dengan mudah dan cepat sesuai
kebutuhannya
5. Persepsi terhadap realitasàkek=mampuan sso u/ memandang/melihat kedalam
diri maupun dunia luar secara nyata/baik. Sso mampu berempati dan bbs dri
distorsi kebutuhan.
6. Kemampuan mengatasi lingkunganà sso mampu u/ menyesuiaikan
diri/mengatasi trhdp tuntutan situasi dan harapan lingkungan, u/ mampu berkasih
saying/bercinta, bekerja dan efesien dlm mengatasi masalah.
6. Asumsi dasar orientasi psikologi klinis :
1. Semua perilaku dpt ditntukan (determined)à dr akar sejarah sso. Dpt
diterangkan bedsrkn kebutuhan individu, struktur kepribadian, dan situasi yang
menentukan.
2. Perilaku bersifat plasticityà wlwpn dipengaruhi masa lalu, kebutuhan
skill, ;pengetahuan dan berbagai fungsi psikologis dapat berubah dalam merespon
pengalaman dan alur kehidupan.
3. Manusia bereaksi (reactive) terhadap stimulus dari dalam maupun luar,
tetapi jg bersifat proactiveà tidak hanya merespon dan beradaptasi terhadap
lingkungan tetapi jg melakukan brbagai hal dalam kehidupan ssuai dgn konsep dan
kebutuhannya.
4. Setiap manusia adalah unik dan harus dimengerti, namun prinsip dari
fungsi psikologis berlaku secara umum tuk semua org.
5. Perilaku sso dimotivasi dan bertujuan à tiap manusia memiliki kebutuhan
yang akan mendorongnya berperilaku kearah tujuan positif/negative.
6. Perilaku scr teratur mengarah keberfungsiannya individu scr matang dan
efektifàkebutuhan dan tekanan lingkungan, diatasdi oleh struktur kepribadian.
7. Kepribadian berkembangàberkaitan dengan meningkatnya diferensiasi,
integritas dan self regulation.
8. Perilaku bersifat adaptifàmanusia akan tumbuh, memuat keputusan, dan
berfungsi scr optimal, walaupun menghadapi stress.
9. Manusia merupakan makhluk biologis, social, dan psikologisà PL harus
dipandang sgi rangkaian system yang saling mempengaruhi.
7. Test of altainment mencakup test prestasi dalam bidang tertentu seperti
misalnya test berhitung, tes bicara, tes bahasa, tes steno,dsb.
8. Arti dari :
1. Denotation kesalahan2 yang dicatat, skor2 yang diperoleh dpt
dikembangkan untuk menjalin kontak slnjtnya antara pemeriksa dengan subjek.
2. Bandwith fidelity apakah seorang ahli bermaksud untuk mengukur banyak
dimensi secara dangkal atau hanya satu dimensi secara rinci.
9. Kriterium Utama Alport :
1. Apakah keterlibatan observer dapat dikurangi sampai batas minimum.
2. Apakah kontak yg terjalin antara observer dan subjek yang diobservasi
bertambah sejauh hal itu memungkinkan.
3. Apakah situasi observasi/test dapat diulangi oleh pemeriksa lain.
10. Cara individu menjadi pasien:
1. By self initiated actionàpasien kenali masalah & mcri bantuan,
pasien termotivasi
2. On the advice otheràpasien dpt kenali mslh, namun: menganggao tdk perlu
ke psikolog, tdk tw hrs bgmna, pasien diberi tw /diinformasikan.
3. By coercion (paksaan)à pasien berada dlm kondisi psikotik tdk
berinisiatif dan tdk direkomendasikan.
11. Definisi psikoterapi dan tahap2nya :
Psikoterapi
adalah suatu proses klinis yg bertujuan untuk meningkatkan/memperbaiki
level/tingkat psychososial adjustment pasien dan meningkatkan kapasitas pasien
dlm kehidupannya.
Tahapannya:
1. Initial contact
2. Assessment
3. The goals treatment
4. Implementing treatment
5. Termination, evaluation, and follow up.
12. Definisi: psikologi komunitas adalah suatu pendekatan terhadap
kesehatan mental yang menekankan pada peran daya lingkunagan dalam menciptakan
dan mgurangi masalah.
Pendekatan
Kesmen dalam Komunitas:
1. Intervensi dlm komunitas
2. Intervensi dilakukan dalam populasi yg terbatas, missal high risk
population
3. penekanan pada pencegahan
4. promosi pelayanan tak langsung, seperti mengadakan konsultasi dan
pelatihan.
5. Pelaksanakan oleh ahli dari berbagai bidang ilmu dan awam.
Metode2
intervensi dan Perubahan:
1. Konsultasi,,yaitu mengajak orang2 yg mempunyai peran besar dlm
masyarakat untuk membahas dan membantu mengatasi mslh kesmen masyarakat.
2. Mengadakan layanan masayarakat, sgbi pnggnti layanan RS, tempat
penitipan smntra bagi pndrita gang.jiwa.
3. Intervensi klinis, member bantuan dan dukungan kepada org2 dlm keadaan
stress akut agar mereka terhindar dari gangguan yg lbh parah.
4. Intervensi pada usia dini, program ibu dan balita, seperti penyuluhan
gizi,, kesehatan, imunisasi dll.
5. Pengembangan bebgi program pelatihan upaya pemberdayaan masyarakat,
sprit membuat tulisan2 singkat tntg upaya cpt u/ mengatasi brbgi keadaan
darurat psikologis, missal mengatasi kecemasan dan stress.
ASESMEN dalam PSIKOLOGI KLINIS
M.
Fakhrurrozi, S.Psi
APA ITU
ASESMEN?
“Proses mengumpulkan informasi yang biasanya digunakan sebagai dasar untuk
pengambilan keputusan yang nantinya akan dikomunikasikan kepada pihak-pihak
terkait oleh asesor” (Nietzel dkk,1998).
Kita pada
dasarnya seringkali melakukan asesmen. Misalnya ketika bertemu seseorang, saat
itu kita akan berusaha untuk mengumpulkan informasi, memproses dan
menginterpretasikannya. Informasi tersebut dapat berupa latar belakang, sikap,
tingkah laku atau karakteristik yang dimiliki orang tersebut. Kemudian
informasi tersebut dihubungkan dengan pengalaman dan harapan yang kita miliki
sehingga kita akan mendapatkan kesan dari orang tersebut yang selanjutnya kita
jadikan dasar untuk memutuskan cara kita bersikap terhadapnya.
PROSES ASESMEN KLINIS
Inti
asesmen adalah mengumpulkan informasi yang akan digunakan untuk mengenali dan
menyelesaikan masalah menjadi lebih efektif.
I. PLANNING DATA COLLECTION PROCEDURES
· Apa yang ingin kita ketahui ?
Usaha-usaha atau penekanan asesmen yang dilakukan disesuaikan dengan
pendekatan atau teori yang akan digunakan. Penekanan asesmen berkaitan dengan
dinamika kepribadian, latar belakang lingkungan sosial dan keluarga, pola
interaksi dengan orang lain, persepsi terhadap diri dan realita atau riwayat
secara genetis dan fisiologi.
Tabel 1. Tingkat asesmen dan data yang berkaitan
TINGKAT ASESMEN |
JENIS DATA
|
1. Somatis
|
Golongan
darah, pola respon somatis terhadap stres, fungsi hati, karakteristik
genetis, riwayat penyakit, dsb
|
2. Fisik
|
Berat/tinggi
badan, jenis kelamin, warna kulit, bentuk tubuh, tipe rambut, dsb
|
3. Demografis
|
Nama, umur,
tempat/tanggal lahir, alamat, nomor telepon, pekerjaan, pendidikan,
penghasilan, status perkawinan, jumlah anak, dsb
|
4. Overt behavior
|
Kecepatan
membaca, koordinasi mata-tangan, kemampuan conversation, ketrampilan bekerja,
kebiasaan merokok, dsb
|
5. Kognitif/intelektual
|
Respon
terhadap tes intelegensi, daya pikir, respon terhadap tes persepsi, dsb
|
6. Emosi/afeksi
|
Perasaan,
respon terhadap tes kepribadian, emosi saat bercerita, dsb
|
7. Lingkungan
|
Lokasi dan
karakteristik tempat tinggal, deskripsi kehidupan pernikahan, karakteristik
pekerjaan, perilaku anggota keluarga dan teman, nilai-nilai budaya dan
tradisi, kondisi sosial ekonomi, lokasi geografis, dsb
|
PEDOMAN STUDI KASUS :
1.
Identifikasi data, meliputi : nama, jenis kelamin,
pekerjaan, penghasilan, status perkawinan, alamat, tempat tanggal lahir, agama,
pendidikan, suku bangsa.
2.
Alasan kedatangan dan keluhan, harapan-harapan klien.
3.
Situasi saat ini, meliputi : di tempat tinggal, kegiatan
harian, perubahan dalam hidup yang terjadi dalam satu bulan, dsb.
4.
Keluarga, meliputi : deskripsi orang tua, saudara, figur
lain dalam keluarga yang dekat dengan klien (significant other), peran
dalam keluarga, dsb.
5.
Ingatan awal, mendeskripsikan tentang kejadian dan
situasi pada awal kehidupannya.
6.
Kelahiran dan perkembangan, meliputi : usia saat bisa
berjalan dan berbicara, permasalahan dengan anak lain, pengaruh dari pengalaman
masa kecil, dsb.
7.
Kondisi fisik dan kesehatan, meliputi : penyakit sejak
kecil, penggunaan obat dokter atau obat terlarang yang berturut-turut, merokok,
alkohol, kebiasaan makan atau olahraga, dsb.
8.
Pendidikan, meliputi : riwayat pendidikan, bidang
pendidikan yang diminati, prestasi, bidang yang dirasa sulit, dsb.
9.
Pekerjaan, meliputi : alasan berhenti atau pindah kerja,
sikap dalam menghadapi pekerjaan, dsb.
10.
Minat dan hobi, meliputi : kesenangan, ekspresi diri,
hobi, dsb.
11.
Perkembangan seksual, meliputi : aktivitas seksual,
ketepatan dalam pemuasan kebutuhan seksual, dsb.
12.
Data perkawinan dan keluarga, meliputi : alasan menikah,
kehidupan perkawinan dalam budayanya, masalah selama menikah, kebiasaan dalam
rumah tangga, dsb.
13.
Dukungan sosial, minat sosial dan komunikasi dengan orang
lain, meliputi : tingkat frekuensi untuk berhubungan dengan orang lain,
kontribusi selama berinteraksi, kesediaan menolong orang lain, dsb.
14.
Self description, meliputi : kekuatan dan kelemahan, daya
imajinasi, kreativitas, nilai-nilai dan ide.
15.
Pilihan dalam hidup, meliputi : keputusan untuk berubah,
kejadian penting, dsb.
16.
Tujuan dan masa depan, meliputi : harapan pada 5 – 10
tahun yang akan datang, hal-hal yang perlu disiapkan untuk itu, kemampuan untuk
menetapkan tujuan, daya realistis berhubungan dengan waktu, dsb.
17.
Hal-hal lain dapat dilihat dari riwayat atau latar
belakang klien.
Pedoman tersebut harus selalu disesuaikan dengan pendekatan yang akan
digunakan :
·
Psikodinamika lebih memfokuskan pada pertanyaan seputar
motif bawah sadar, fungsi ego, perkembangan pada awal kehidupan (5 tahun
pertama) dan berbagai macam defense mechanism.
· Kognitif-behavior memfokuskan pada skill, pola berpikir yang biasa
digunakan, berbagai stimulus yang mendahului serta permasalahan perilaku yang
menyertainya.
· Fenomenologi cenderung mengikuti outline asesmen dan melihat bahwa
serangkaian asesmen merupakan kolaborasi untuk memahami klien dalam hal
bagaimana klien melihat atau mempersepsi dunia.
TUJUAN ASESMEN KLINIS
Ada tiga macam yaitu klasifikasi
diagnostik, deskripsi dan prediksi.
1.
Klasifikasi diagnostik
Maksud dari klasifikasi (penegakan) diagnostik yang tepat antara lain :
· Untuk menentukan jenis treatment yang tepat. Suatu treatment
sangat bergantung pada bagaimana pemahaman klinisi terhadap kondisi klien
termasuk jenis gangguannya (vermande, van den Bercken, & De Bruyn, 1996).
· Untuk keperluan penelitian. Penelitian tentang berbagai penyebab suatu
gangguan sangat bergantung kepada validitas dan reliabilitas diagnostik yang
ditegakkan.
· Memungkingkan klinisi untuk mendiskusikan gangguan dengan cara efektif
bersama profesional yang lain (Sartorius et.al, 1996).
Diagnostic System : DSM-IV
Teknik pengklasifikasian gangguan mental sudah dilakukan
sejak tahun 1900-an. Sedangkan secara formal baru pada tahun 1952 ketika APA
(American Psychiatric Association) menerbitkan sistem klasifikasi diagnostik
yang pertama kali, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. Sistem
ini kemudian terkenal dengan nama DSM I dan berlaku hingga tahun 1968, ketika
WHO mengeluarkan International Classification of Diseases (ICD). DSM
I kemudian direvisi dan disamakan dengan ICD, kemudian terbit DSM II. DSM I dan
II menyeragamkan terminologi untuk mendeskripsikan dan mendiagnosa perilaku
abnormal, tetapi tidak menjelaskan tentang aturan sebagai pedoman dalam
memutuskan suatu diagnostik. Di dalamnya tidak terdapat suatu kriteria yang
jelas bagi tiap gangguan sehingga agak sulit untuk mengklasifikasikan
diagnostik. Pada tahun 1980 DSM II mengalami perubahan menjadi DSM III yang
diikuti pada tahun 1987 dengan edisi revisi sehingga namanya menjadi DSM III-R.
Dalam DSM III ini, sudah terdapat suatu kriteria operasional untuk
masing-masing label diagnostik. Kriteria ini meliputi simtom utama dan simtom
spesifik serta durasi simtom muncul. Disini juga digunakan pendekatan multiaxial,
dimana klien dideskripsikan ke dalam lima dimensi (axis), yaitu :
a.
Axis I : 16
gangguan mental major
b.
Axis II : Berbagai problem perkembangan dan gangguan
kepribadian
c.
Axis III :
Gangguan fisik atau kondisi-kondisi yang mungkin berhubungan dengan gangguan mental
d.
Axis IV :Stressor
psikososial (lingkungan) yang mungkin memberi kontribusi terhadap gangguan pada
Axis I dan II
e.
Axis V : Rating
terhadap fungsi psikologis, sosial dan pekerjaan dalam satu tahun terakhir
DSM III-R pun kemudian dikritik karena beberapa kriteria diagnostiknya
masih terlalu samar dan masih membuka peluang untuk muncul bias dalam
penggunaannya. Dan Axis II, IV dan V mempunyai kekurangan dalam pengukurannya.
Akhirnya pada tahun1988, APA membentuk tim untuk membuat DSM IV. Di dalamnya
tetap menggunakan pendekatan multiaxial seperti pada DSM III-R
dan Axis I hanya dapat di tegakkan jika terdapat jumlah kriteria minimum dari
daftar simtom yang disebutkan. Pada DSM IV ini terdapat beberapa modifikasi
dalam terminologi sebelumnya dan skema rating yang digunakan pada beberapa
axis. Sekarang ini telah diterbitkan DSM IV-TR (Text Revised). Sampai
saat ini DSM IV dan DSM IV-TR digunakan sebagai pedoman klinisi dan profesional
terkait untuk menentukan diagnostik.
Multiaxial DSM IV :
a. Axis I :
Clinical Disorders, Other Conditions That May Be a Focus of Clinical Attentions
b. Axis II :
Personality Disorders, Mental Retardation
c. Axis III :
General Medical Conditions
d. Axis IV :
Psychosocial and Environtmental Problems
e. Axis V :
Global Assessment of Functioning (GAF)
2. Deskripsi
Para
klinisi beranggapan bahwa untuk memahami content dari perilaku klien
secara utuh maka harus mempertimbangkan juga tentang context sosial,
budaya dan fisik klien. Hal itu menyebabkan
asesmen diharapkan dapat mendeskripsikan kepribadian seseorang secara
lebih utuh dengan melihat pada person-environtment interactions. Dalam
fungsinya sebagai sarana untuk melakukan deskripsi terhadap kepribadian
seseorang secara utuh, di dalam asesmen harus terdapat antara lain : motivasi
klien, fungsi intrapsikis, respon terhadap tes, pengalaman subjektif, pola
interaksi, kebutuhan (needs) dan perilaku. Dengan menggunakan pendekatan
deskriptif tersebut memudahkan klinisi untuk mengukur perilaku pra treatment,
merencanakan jenis treatment dan mengevaluasi perubahan perilaku pasca treatment.
3. Prediksi
Tujuan
asesmen yang ketiga adalah untuk memprediksi perilaku seseorang. Misalnya
klinisi diminta oleh perusahaan, kantor pemerintah atau militer untuk
menyeleksi seseorang yang tepat bagi suatu posisi kerja tertentu. Dalam kasus
tersebut, klinisi akan melakukan asesmen dengan mengumpulkan dan menguji data
deskriptif yang kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan prediksi dan
seleksi.
Klinisi
kadang dihadapkan pada situasi untuk memprediksi hal-hal yang berbahaya,
misalnya pertanyaan seperti “Apakah si A akan bunuh diri ?”, “Apakah si B tidak
akan menyakiti orang lain setelah keluar dari RS?”. Pada saat itu klinisi harus
menentukan jawaban “ya” atau “tidak”. Prediksi klinisi tentang “berbahaya” atau “tidak berbahaya” dapat
dievaluasi dengan empat kemungkinan jawaban.
a.
True positive, jika
prediksi klinisi berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku berbahaya.
b.
True negative, jika
prediksi klinisi tidak berbahaya dan ternyata klien menunjukkan perilaku yang
tidak berbahaya.
c.
False negative, jika
prediksi klinisi tidak berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku berbahaya.
d.
False positive, jika
prediksi klinisi berbahaya tetapi klien menunjukkan perilaku tidak berbahaya.
II. COLLECTING ASSESSMENT DATA
· Bagaimana
seharusnya kita mencari tahu tentang hal itu ?
SUMBER ASESMEN DATA
Ada empat macam yaitu : interview,
tes, observasi dan life record.
1.
Interview
Interview merupakan dasar dalam
asesmen dan merupakan sumber yang sangat luas. Ada beberapa kelebihan interview
antara lain:
a.
Merupakan
hal biasa dalam interaksi sosial sehingga memungkinkan untuk mengumpulkan
sampel tentang perilaku verbal atau non verbal individu bersama-sama.
b.
Tidak
membutuhkan peralatan atau perlengkapan khusus dan dapat dilakukan dimanapun
juga.
c.
Mempunyai
tingkat fleksibilitas yang tinggi. Klinisi bebas untuk melakukan inquiry
(pendalaman) terhadap topik pembicaraan yang mungkin dapat membantu proses
asesmen.
Tetapi interview dapat terdistorsi
oleh karakteristik dan pertanyaan interviewer, karakteristik klien dan oleh
situasi pada saat interview berlangsung.
2.
Tes
Seperti interview, tes juga
memberikan sampel perilaku individu, hanya saja dalam tes stimulus yang
direspon klien lebih terstandardisasikan daripada interview. Bentuk tes yang
sudah standar tersebut membantu untuk mengurangi bias yang mungkin muncul
selama proses asesmen berlangsung. Respon yang diberikan biasanya dapat diubah
dalam bentuk skor dan dibuat analisis kuantitatif. Hal itu membantu klinisi
untuk memahami klien. Skor yang didapat kemudian diinterpretasi sesuai dengan
norma yang ada.
3. Observasi
Tujuan observasi adalah untuk
mengetahui lebih jauh di luar apa yang dikatakan klien. Banyak yang
mempertimbangkan bahwa observasi langsung mempunyai tingkat validitas yang
tertinggi dalam asesmen. Hal itu berhubungan dengan kelebihan observasi antara
lain:
a.
Observasi
dilakukan secara langsung dan mempunyai kemampuan untuk menghindari
permasalahan yang muncul selama interview dan tes seperti masalah memori, jenis respon, motivasi dan
bias situasional.
b.
Relevansinya
terhadap perilaku yang menjadi topik utama. Misalnya perilaku agresif anak
dapat diobservasi sebagaimana perilaku yang ditunjukkan dalam lingkungan
bermain dimana masalah itu telah muncul.
c.
Observasi dapat mengases perilaku dalam konteks
sosialnya. Misalnya untuk memahami seorang pasien yang kelihatan depresi
setelah dikunjungi keluarganya, akan lebih bermakna dengan mengamati secara
langsung daripada bertanya, “Apakah Anda pernah depresi?”.
d.
Dapat
mendeskripsikan perilaku secara khusus dan detail. Misalnya untuk mengetahui
tingkat gairah seksual seseorang dapat diobservasi dengan banyaknya cairan
vagina yang keluar atau observasi melalui bantuan kamera.
4. Life record
Asesmen yang dilakukan melalui
data-data yang dimiliki seseorang baik berupa ijazah sekolah, arsip pekerjaan,
catatan medis, tabungan, buku harian, surat, album foto, catatan kepolisian,
penghargaan, dsb. Banyak hal dapat dipelajari dari life record tersebut.
Pendekatan ini tidak meminta klien untuk memberi respon yang lebih banyak seperti
melalui interview, tes atau observasi. Selama proses ini, data dapat lebih
terhindar dari distorsi memori, jenis respon, motivasi atau faktor situasional.
Contohnya, klinisi ingin mendapatkan informasi tentang riwayat pendidikan
klien. Data tentang transkrip nilai selama sekolah mungkin dapat lebih
memberikan informasi yang akurat tentang hal itu daripada bertanya ,”Bagaimana
saudara di sekolah?”. Buku harian yang ditulis selama periode kehidupan
seseorang juga dapat memberikan informasi tentang perasaan, harapan, perilaku
atau detail suatu situasi yang mana hal itu mungkin terdistorsi karena lupa
selama interview. Dengan merangkum informasi yang di dapat tentang pikiran dan
tingkah laku klien selama periode kehidupan yang panjang, life records
memberikan suatu sarana bagi klinisi untuk memahami klien dengan lebih baik.
III. PROCESSING ASSESSMENT DATA
· Bagaimana
seharusnya data-data tersebut dikombinasikan ?
· Bagaimana
asesor dapat meminimalkan bias selama interpretasi data ?
Didasarkan
pada teori apa yang akan digunakan : psikoanalisa, behavioral atau
fenomenologi.
Setelah data terkumpul, langkah
selanjutnya dalam asesmen adalah menentukan arti dari data tersebut. Jika
informasi tersebut sekiranya berguna dalam pancapaian tujuan asesmen, maka
informasi itu akan dipindahkan dari data kasar menjadi format interpretatif.
Langkah tersebut biasanya disebut pemrosesan data asesmen atau clinical
judgment.
Klinisi cenderung melihat data
asesmen melalui tiga cara yaitu : sebagai sampel, korelasi atau tanda
(sign). Contoh : Seorang laki-laki menelan 20 tablet obat penenang
sebelum tidur tadi malam di sebuah hotel, tapi berhasil diselamatkan oleh
petugas kebersihan yang akhirnya membawanya ke RS.
1.
Data dilihat sebagai sampel dari perilaku
klien. Kemungkinan judgment :
· Klien
mempunyai cara potensial untuk melakukan pembunuhan secara medis
· Klien tidak
ingin diselamatkan sebab tidak ada seorangpun yang tahu tentang usaha bunuh
diri tersebut sebelum hal itu terjadi.
· Dalam
situasi yang sama, klien mungkin akan mencoba bunuh diri lagi.
Disini dapat dilihat, bahwa data
berupa usaha bunuh diri dilihat sebagai contoh dari apa yang dilakukan klien
dalam situasi seperti itu. Tidak ada usaha untuk mengetahui mengapa dia mencoba
bunuh diri. Jika dilihat sebagai sampel, akan didapat kesimpulan tingkat
rendah. Teori yang mendasarinya adalah behavioral.
2.
Data dilihat sebagai korelasi dengan aspek lain dalam hidup
klien. Kemungkinan judgment :
· Klien
sepertinya seorang lelaki setengah baya yang masih single atau bercerai
dan mengalami kesepian.
· Klien saat
itu mungkin mengalami depresi.
· Klien
kurang mendapatkan dukungan emosi dari teman dan keluarganya.
Ada kombinasi antara : 1). Fakta
tentang perilaku klien. 2). Pengetahuan klinisi tentang apa yang sekiranya
dapat dikorelasikan dengan perilaku klien. Disini kesimpulan yang diambil
berada pada tingkat yang lebih tinggi. Kesimpulannya didasarkan pada data-data
pendukung yang ada di luar data asli seperti hubungan antara bunuh diri, usia,
jenis kelamin, dukungan sosial, dan depresi. Semakin kuat pemahaman terhadap
hubungan antar variabel, maka kesimpulan yang di dapat semakin akurat.
Pendekatan ini bisa didasarkan pada beragam teori.
3. Data dilihat sebagai tanda (sign)
yang lain, untuk mengetahui karakteristik kilen yang masih kurang jelas.
Kemungkinan judgment :
· Dorongan
agresif klien berubah menyerang diri sendiri.
· Perilaku
klien merefleksikan adanya konflik intrapsikis.
· Perilaku
minum obat merupakan manifestasi adanya kebutuhan untuk ditolong yang tidak
disadarinya.
Kesimpulan yang didapat berada pada
tingkat paling tinggi. Teori yang mendasari pendekatan ini adalah psikoanalisa
atau fenomenologi.
IV. COMMUNICATING ASSESSMENT DATA
· Siapa yang
akan diberi laporan asesmen dan tujuannya apa ?
· Bagaimanakah
asesmen akan mempengaruhi klien yang di ases ?
Hasil dari asesmen biasanya akan
ditulis menjadi sebuah laporan asesmen. Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi
suatu laporan asesmen yaitu : jelas, relevan dengan tujuan dan berguna.
1. Jelas
Kriteria pertama yang harus
dipenuhi adalah laporan itu harus jelas. Tanpa kriteria ini, relevansi dan
kegunaan laporan tidak dapat dievaluasi. Ketidakjelasan laporan psikologis
merupakan suatu masalah karena kesalahan interpretasi dapat menyebabkan
kesalahan pengambilan keputusan.
2. Relevan
dengan tujuan
Laporan asesmen harus relevan
dengan tujuan yang sudah ditetapkan pada awal asesmen. Jika tujuan awalnya
adalah untuk mengklasifikasikan perilaku klien maka informasi yang relevan
dengan hal itu harus lebih ditekankan.
3. Berguna
Laporan yang ditulis diharapkan
dapat memberikan sesuatu informasi tambahan yang penting tentang klien. Kadang
terdapat juga laporan yang mempunyai validitas tambahan yang rendah. Misalnya
klinisi menyimpulkan bahwa klien mempunyai kecenderungan agresifitas tinggi,
tapi data kepolisian mencatat bahwa klien tersebut telah berulang kali ditahan
karena kasus kekerasan. Informasi yang diberikan klinisi tidak memberikan suatu
hal penting lainnya dari klien.
0 komentar:
Posting Komentar