Peradaban-Peradaban
Awal
Di antara semua peradaban sepanjang zaman
kuno (dari 5000 tahun SM sampai 500 tahun M), penyakit mental mulai menjadi hal
yang umum. Bersama dengan penderitaan-penderitaan lain, kekalutan-kekalutan mental
menjadi kawan seperjalanan yang setia bagi manusia pada waktu ia bergerak
menuju kehidupan yang terorganisasi. Ilmu kedokteran menjadi lebih
terorganisasi waktu peradaban-peradaban menjadi lebih maju.
Mesir
Ilmu kedokteran di Mesir erat berhubungan dengan
agama. Meskipun coraknya magis dan berhubungan dengan agama dan dengan
dewa-dewa yang ditetapkan untuk melindungi kesehatan, namun ilmu kedokteran
Mesir maju dan sangat rasional. Dalam tulisan-tulisan Mesir, otak digambarkan
untuk pertama kalinya dan diketahui juga perannya dalam proses-proses mental.
Cina
dan India serta Timur Jauh
Metode-metode pengobatan Cina dan Hindu
mirip dengan yang terdapat di Persia. Ada kepercayaan-kepercayaan yang serupa
dengan kekuatan-kekuatan yang berperang antara yang baik dengan yang buruk,
dimana roh-roh jahat memasuki badan manuasia dan terus-menerus diusir. Dalam
pandangan orang-orang Cina, gangguan menta dilihat sebagai penyakit dan
dianggap sebagai gangguan proses alam atau ketidakseimbangan antara yin dan yang.
Pada abad ke-20 Cina menggunakan banyak
sikap dan prosedur dari psikiatri Barat tetapi dengan suatu perbedaan, yakni
pengobatan yang dilakukan oleh orang-orang Cina sangat eklektis dan merupakan
campuran dari pengobatan tradisional, psikoterapi modern, dan pengobatan
farmakologi. Demikian juga orang-orang Hindu memiliki kekuatan baik yang
disebut Vishnu dan berperang melawan kekuatan jahat yang disebut Shiva. Dalam
tulisan-tulisan para dokter di India sekitar tahun 600 SM, ditemukan gambaran
terinci mengenai beberapa bentuk penyakit mental dan eppilepsi dengan saran
agar dirawat dengan ramah. Mungkin perhatian utama pada ilmu kedokteran awal di
India yang penting bagi penyelidikan kesehatan mental terdapat dalam beberapa
praktek Budhisme. Penekanan agama Budha supaya orang berpaling kepada diri
bathiniah dan menarik diri dari dunia luar mengandung arti psikoterapi yang
mirip sekali dengan bentuk-bentuk yang digunakan dewasa ini.
Peradaban-peradaban awal di Timur Jauh dan
yang terletak agak ke Barat, yakni sekitar Laut Tengah dan juga yang terdapat
di Benua Amerika selama zaman orang-orang Inca dan Aztec mempunyai ciri-ciri
yang sama berkenaan dengan penyakit dan kesehatan mental. Didalam semua
masyarakat ini rupanya terdapat cukup banyak kekalutan mental.
Afrika
Masyarakat di Afrika pada abad masa lampau
berpendapat bahwa gangguan-gangguan fisik dan metal disebabkan oleh
musuh-musuh, roh-roh jahat atau oleh nenek moyang yang marah. Kebanyakan
masyarakat Afrika didewasa ini dan dalam masa lampau memiliki 2 sikap terhadap
kesehatan mental dan penyakit mental. Pertama, mereka tidak terlalu menganggap
jelek terhadap gangguan-gangguan metal dan mereka relatif sabar terhadap
anggota-anggota masyarakat yang kalut. Kedua, mereka sangat menghargai para
ahli obat tradisional yang memegang fungsi penting dalam merawat orang-orang
yang mengalami gangguan-gangguan mental dan fisik. Para ahli obat tradisional
itu adalah pengamat dan pendiagnosis yang terampil dalam gangguan mental dan
mereka bisa menggunakan upacara penyembuhan dan excorcisme dan ramuan untuk menghilangkan gangguan mental. Kelompok
masyarakat juga menggunakan “terapi kelompok” dengan menggunakan
kegiatan-kegiatan seperti menari, musik dan keadaan-keadaan trance untuk menghilangkan gangguan
mental dan mencegah kekuatan jahat yang menyebabkan gangguan-gangguan itu.
Masyarakat Afrika kadang-kadang menggunakan agama sebagai hasil sintesis dari
nilai-nilai kristen dan kepercayaan-kepercayaan tradisional dimana
sistem-sistem spiritual dan sistem-sistem penyembuhan digabungkan.
Abad Pertengahan
Dengan hancurnya peradaban Yunani-Romawi,
kemajuan ilmu pengetahuan di Eropa mengalami kemunduran. Banyak kebiasaan baik
yang telah lama dibina dalam ilmu kedokteran sebelumnya tidak diteruskan, dan
hal yang lebih buruk, takhayul-takhayul kuno dan ilmu tentang setan-setan
(demonologi) didhidupkan kembali dan pemikiran teologis pada waktu itu kurang berusaha
untuk mematahkan pendekatan yang bersifat spiristis terhadap masalah penyakit
mental. Exocisme dianggap penting sekali. Dengan demikian, mantra-mantra
dianggap sebagai bagian sah dari ilmu kedokteran, bahkan pemakaian
teknik-teknik yang benar-benar rasional harus disertai dengan mengucapkan
kata-kata mantra (mistik).
Zaman Renaisans
Meskipun para pasien sakit mental tenggelam
dalam dunia takhayul dan lingkungan yang tidak berperikemanusiaan, namun di
negara-negara tertentu di Eropa suara-suara diteriakkan oleh tokoh-tokoh agama,
ilmukedokteran, dan filsafat. Usaha mereka selama masa tersebut mungkin
digambarkan sebagai “terang dalam kegelapan”.
Prancis
Meskipun ada sedikit kemajuan pada abad
ke-16 dan ke-17, namun hasil yang dicapai masih lebih kurang dibbandingkan pada
abad berikutnya. Kemajuan-kemajuan ilmiah lambat laun dipaksa memberi jalan
bagi kemajuan ilmu pengetahuan eksperimental dan psikopatologi modern. Melalui
kemajuan itu, maka pendekatan terhadap orang-orang yang sakit mental semakin
bertambah ilmiah dan manusiawi.
Abad XVII-Abad XX
Kecenderungan umum pertama terhadap
perawatan khusus bagi para pasien sakit mental mungkin sekali muncul setelah
pembaruan-pembaruan sosial,politik, dan ilmu pengetahuan yang menjadi ciri dari
pertengahan abad ke-18. Pada awal abad ke-18 yang dilihat sebagai “zaman
rasio”, perhatian dipusatkan pada klaasifikasi dan sistem, suatu hal yang
mungkin sama dengan analisis sistem. Kemajuan dalam ilmu kedokteran fisik
dicapai dengan identifikasi, penyelidikan, dan usaha untuk secara rasional
mengobati banyak penyakit dan saat itu dilihat sebagai sesuatu yang misterius
dan magis.
4.
Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam
arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap
hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum
dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya
batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku
adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna
bagikehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan
kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia
lanjut.
B. Konsep Sehat
Sehat tidak dapat
diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat
harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Kesehatan sebagai suatu spektrum
merupakan suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan
dalam rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi
puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat yang sempurna.
Pengertian sehat menurut UU Pokok
Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi
kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya
keadaan bebas daripenyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat tersebut
sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun
1975 sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala
jenis penyakit, baik fisik, mental, dan sosial.
Batasan kesehatan tersebut di atas
sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan yang terdahulu itu hanya
mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, maka dalam
Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik
(badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut
diilhami oleh batasan kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian
kesehatan saat ini memang lebih luas dan dinamis, dibandingkan dengan batasan
sebelumnya. Hal ini berarti bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari
aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya
dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara ekonomi.
Bagi yang belum memasuki dunia
kerja, anak dan remaja, atau bagi yang sudah tidak bekerja (pensiun) atau usia
lanjut, berlaku arti produktif secara sosial. Misalnya produktif secara
sosial-ekonomi bagi siswa sekolah atau mahasiswa adalah mencapai prestasi yang
baik, sedang produktif secara sosial-ekonomi bagi usia lanjut atau para
pensiunan adalah mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfat, bukan
saja bagi dirinya, tetapi juga bagi orang lain atau masyarakat.
Keempat dimensi kesehatan tersebut
saling mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan seseorang, kelompok
ataumasyarakat.
Itulah
sebabnya, maka kesehatan bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek.
Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang antara
lain sebagai berikut:
1.
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau
tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ
tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
2.
Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan
spiritual.
•
Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
•
Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan
emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
•
Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur,
pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini,
yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat
spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
Dengan
perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan
ibadah dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3.
Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain
atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau
kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling
toleran dan menghargai.
C. Perbedaan Konsep Barat dan Timur
Perbedaan konsep Baradan Timur teretak pada berbagai sisi :
# Psikologi-psikologi Timur didasarkan pada introspeksi dan pemeriksaan diri sendiri yang menuntut banyak energi sedangkan psikologi-psikologi Barat lebih bersandar pada observasi tingkah laku.
# Sebagian besar terapi-terapi Barat menangani orang-orang yang mengalami gangguan, sedangkan disiplin-disiplin Timur menangani orang-orang yang normal dan memilih penyesuaian sosial yang baik.
# Persona dan teknik dalam penyembuhan suatu gangguan mental adalah sumbangan Barat. Rasa harmoni dalam individu dan dalam hubungannya dengan masyarakat dan dengan Yang Absolut (Tuhan) yang mampu membuat kesehatan mental lebih seimbang merupakan sumbangan Timur.
Daftar Pustaka
Kanisius: Yogyakarta.
Dudiarto, Eko., Anggraeni, Dewi. (2001). Epidemiologi.
EGC:
Jakarta.
Bastaman, H.D. 2003. Buku Kenangan Kongres 1 Asosiasi Psikologi Islami. Surakarta: UMS
fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24029/KesMen.ppt
0 komentar:
Posting Komentar