Rabu, 17 Agustus 2016

PERBEDAAN SEMANGAT KERJA BERDASARKAN BIG FIVE PERSONALITY PADA KARYAWAN PT. SUMBER PANGAN JAYA (BAB I)


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

                  Setiap negara wajib mensejahterakan masyarakatnya, tanpa terkecuali. Salah satu syaratnya adalah dengan pertumbuhan ekonomi yang baik. Ibarat kapal, semakin besar dan baik kapal tersebut, akan semakin banyak pula rakyat yang menikmatinya. Kenapa ekonomi sebuah negara sangat penting, karena semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonominya, semakin tinggi pula tingkat stabilitas keamanan dan politik di negara tersebut.
                    Beberapa tahun yang lalu, para petinggi ASEAN bersepakat membentuk sebuah pasar tunggal di Asia Tenggara, tepat pada tanggal 31 Desember 2015. Masyarakat Ekonomi ASEAN, atau yang dikenal dengan MEA, adalah usaha para pemimpin ASEAN untuk memperkokoh perekonomian di kawasan Asia Tenggara. Alhasil semua negara ASEAN berlomba-lomba untuk mempersiapkan langkah strategis dalam sektor SDM, infrastruktur, dan industri. Tak terkecuali dengan Indonesia, menurut Rostanti (2016), pemerintah telah melakukan sejumlah upaya untuk meningkatkan kesiapan dan kompetensi pekerja lokal dalam menghadapi masyarakat ekonomi Asean (MEA). Upaya itu antara lain menetapkan 85 standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) serta akreditasi 725 balai latihan kerja dan lembaga pelatihan kerja swasta (LPKS).
                  Upaya pemerintah tidak akan bejalan baik jika tidak ada kesinambungan dengan beberapa unsur, seperti industri di dalam negeri, karena sektor industri merupakan salah satu penopang dalam pertumbuhan ekonomi nasional (Chaniago dalam Anonim, 2015). Berkualitas tidaknya sebuah industri tidak luput dari kualitas sumber daya manusia di dalamnya. Organisasi (industri) adalah suatu sistem yang terdiri dari subsistem, yaitu satuan kerja yang besar seperti divisi atau urusan. Satuan kerja yang besar ini terdiri dari satuan-satuan kerja yang lebih kecil (subsistem),


seperti bagian. Setiap bagian terdiri dari satuan kerja yang lebih kecil lagi, misalnya seksi, demikian seterusnya sampai ke satuan kerja yang ditetapkan sebagai yang terkecil, yaitu tenaga kerja (Munandar, 2006).
            Peran tenaga kerja dalam perusahaan sangatlah sentral, berhasil tidaknya misi ataupun visi perusahaan ditentukan oleh unsur manusia dalam melakukan pekerjaanya. Oleh karena itu, harus ada balas jasa yang sepadan, supaya karyawan tetap bersemangat dalam bekerja. Semangat kerja karyawan dalam negeri harus dijaga kekonsistensiannya. Masuknya tenaga asing ke Indonesia adalah salah satu pemicu persaingan. Berdasarkan Pambudhy (2016), data mengenai izin mempekerjakan tenaga kerja asing (IMTA) pada periode Januari 2015, tercatat sebanyak 4.761 TKA yang bekerja lebih dari 6 bulan dan 2.604 TKA yang bekerja di bawah 6 bulan. Sedangkan di Februari 2015, ada sebanyak 2.898 TKA (lebih dari 6 bulan) dan 1.871 TKA (di bawah 6 bulan). Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa semangat atau etos kerja pekerja asing sangatlah tinggi, seperti dari Thiongkok dan Jepang. Salah satu hal positif yang bisa di pelajari dari budaya orang jepang adalah etos kerjanya yang selalu bersemangat dan pantang menyerah (Wibowo, 2015).
            Semangat kerja sendiri adalah usaha untuk  melakukan pekerjaan secara giat sehingga  pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih  cepat dan lebih baik (Nitisemito, 1986). Sejalan dengan pengertian dari Nitisemito, Chaplin (dalam Asnawi, 1999) mendefinisikan semangat kerja adalah sikap dalam  bekerja yang ditandai secara khas dengan  adanya kepercayaan diri, motivasi diri yang  kuat untuk meneruskan pekerjaan,  kegembiraan, dan organisasi yang baik.
            Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas semangat kerja yakni, tidak merasa tertekan karena pekerjaan  yang diberikan, bahkan individu mencintai pekerjaannya. Selanjutnya ada hubungan yang harmonis antara pimpinan dan bawahannya, khususnya yang setiap hari berhubungan langsung. Berikutnya ada kepuasan ekonomi dan material. Kepuasan terhadap pekerjaan dan  tugasnya sehari-hari, selanjutnya ketenangan mental karena ada jaminan hukum dan kesehatan selama bekerja, dan yang terakhir ada rasa kemanfaatan bagi organisasi (Suradinata dalam Asnawi, 1999). Dari faktor-faktor di atas, dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor utama yang mempengaruhi semangat kerja yaitu, faktor internal dan eksternal, dimana dasar dari  faktor internal adalah kepribadian.
            Kepribadian berkembang jauh sebelum seseorang memasuki suatu organisasi, (Gibson, dkk, 1996). Kepribadian atau personality dalam bahasa inggris, berasal dari bahasa yunani kuno,  prospon atau persona, yang artinya ‘topeng’ yang biasa dipakai artis dalam teater. Para artis bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng  mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep awal dari personality adalah tingkah laku yang ditempatkan ke lingkungan sosial, kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial (Alwisol, 2004). Sedangkan menurut Alport (dalam Alwisol, 2004) kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisiologik seseorang yang menentukan model penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya. Dari sekian banyak teori kepribadian, teori yang komprehensif dan banyak dipakai adalah teori kepribadian Big Five Personality atau teori lima faktor. Teori tersebut telah digunakan untuk mengkaji sifat-sifat kepribadian dalam berbagai budaya diseluruh dunia (Jess dan Feist ,2009). Hurtz dan Donovan (dalam Gregory, 2011), menegaskan lima besar faktor kepribadian sebagai alat yang penting dalam memprediksi kinerja.
            McCrae dan Costa (dalam Jess dan Feist, 2009) setuju dengan Eysenck bahwa sifat dari kepribadian adalah bipolar dan mengikuti distribusi lonceng, kebanyakan orang akan memiliki skor yang berada dekat dengan titik tengah dari setiap sifat, dan hanya sedikit orang yang memiliki skor pada titik ekstrem. Lima dimensi kepribadian tersebut adalah opennes to experience (O) atau keterbukaan atas pengalaman, conscientiusness (C) atau ketelitian, extraversion (E) atau ekstraversi, agreeableness (A) atau kesepakatan, dan neuroticism (N) atau neurotisme. Apabila dilihat dari masing-masing sifat dari kelima dimensi kepribadian dalam teori kepribadian  big five personality, adalah dimensi extraversion dan conscientiusness yang memiliki hubungan paling besar terhadap semangat kerja, karena jika karyawan cenderung memiliki kepribadian conscientiusness, karyawan tersebut mempunyai kegairahan dan antusiasme dalam bekerja, sedangkan dimensi extraversion kepribadian karyawan cenderung bersemangat dalam pekerjaannya. Selanjutnya, dimensi agreeablesness, opennes to experience, dan neuroticism juga memiliki hubungan dengan semangat kerja.
        Dari fenomena berikut, peneliti ingin mengetahui perbedaan semangat kerja  berdasarkan ke lima dimensi teori big five personality terhadap karyawan PT. Sumber Pangan Jaya.
B.   Tujuan Penelitian
        Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan semangat kerja berdasarkan big five personality pada karyawan PT Sumber Pangan Jaya.

C. Manfaat Penelitian
1.         Manfaat Teoritis
             Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya dalam psikologi industri dan organisasi. Serta dapat menjadi referensi kedepannya terkait penelitian teori big five personality terhadap semangat kerja.
2.         Manfaat Praktis
a.    Bagi karyawan
           Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan semangat kerja karyawan, khususnya terhadap karyawan PT. Sumber Pangan Jaya.
b.    Bagi perusahaan
            Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk membuat keputusan terkait peningkatan semangat kerja karyawan dan supaya mendapatkan wawasan atau pengetahuan lebih terkait perekrutan karyawan baru.



0 komentar:

Posting Komentar

Blogger templates